REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- Kepala Balai Penelitian dan Penyelidikan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Subandriyo mengatakan, meski aktivitas Gunung Merapi naik sejak beberaapa hari terakhir hingga pihaknya menaikkan status gunung tersebut menjadi waspada, namun hingga saat ini belum ada aktivitas gerakan magma Merapi ke permukaan.
"Hingga siang ini sudah terdengar 29 kali suara dentuman dari dalam Merapi tapi asap solfatara normal dan belum ada peningkatan gempa frekuensi tinggi," katanya di Pusdalops BPBD DIY, Rabu (30/4).
Meski begitu kata dia, Merapi merupakan gunung dengan kondisi kritis yang tinggi karena aktivitasnya yang paling aktif. "Kalau semakin kritis maka gempa-gempa frekuensi tinggi meningkat dan deformasi meningkat saat ini deformasi nol tidak ada apa-apa. Namun masyarakat tetap harus waspada," katanya.
Menurutnya sejak erupsi 2010 lalu, Merapi sudah mengeluarkan 10 kali letusan minor. Peningkatan aktivitas Merapi menurutnya, di awali dengan gempa tektonik 2 hari lalu yang bersumber dari Barat Daya Gunungkidul.
Gempa tektonik ini sering memicu letusan minor Merapi yaitu letusan yang hanya mengeluarkan gas disertai material vulkanis berupa abu, kerikil dan pasir. Setelah gempa tektonik tersebut gempa frekuensi rendah di Merapi mulai muncul.
"Namun gempa frekuensi tinggi tidak ada, itu artinya belum ada indikasi pergerakan magma sampai ke permukaan yang menimbulkan dorongan letusan," katanya.
Peningkatan aktivitas Merapi lebih ke gas yang bisa menimbulkan letusan minor. "Setelah kita evaluasi maka kita naikkan status ke waspada untuk meningkatkan tingkat kewaspadaan masyarakat dan aparat untuk antisipasi terjadinya letusan meskipun belum tentu terjadi. Nanti akan kita tinjau kembali," katanya.