Kamis 01 May 2014 06:02 WIB

Inspirasi Tuhan (2)

Tingkatan inspirasi (ilustrasi).
Foto: Hope24seven.com
Tingkatan inspirasi (ilustrasi).

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Alim dari akar kata 'alima-ya'lam berarti mengetahui, mengerti. Memang arti dasarnya mirip dengan kata 'arafa-ya'rifu berarti memahami, mengetahui.

Bila sudah menjadi bentuk kata subjek, keduanya sudah mulai bisa dibedakan. 'Alim artinya orang yang mengetahui sesuatu dengan menggunakan kecerdasan rasional atau murni HC. Sedangkan, arif berarti orang yang memahami sesuatu dengan menggunakan DI.

Ada ilmuwan, bahkan professor ('alim), tetapi penampilan dan akhlaknya seperti "kurang ajar". Sedangkan arif, mungkin pendidikan formalnya tidak terlalu tinggi, tetapi penampilan dan akhlaknya lebih bijak dan santun.

Orang yang arif jalan pikirannya lebih lurus dan jernih, hatinya lebih bersih dan tulus, perilakunya lebih leambut dan santun. Cara untuk menjadi 'alim bagi banyak orang tidak terlalu susah.

Yang penting ada kesungguhan, kemampuan (daya dan biaya), dan tekun belajar, insya Allah pasti dapat. Akan tetapi, meraih kearifan tidak cukup hanya dengan rajin belajar dan biaya yang cukup, tetapi lebih dari itu, harus senantiasa mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah.

Dan pada saat bersamaan, lebih dekat pula pada objek ilmu, bahkan sewaktu-waktu merasakan adanya penyatuan dan kebersamaan antara subjek dan objek ilmu pengetahuan (al-'alim wa al-ma'lum wahid).

Bila Devine Inspiration/DI (Inspirasi Tuhan) yang masuk di dalam diri manusia itu bertingkat-tingkat, bisa dijabarkan sebagai berikut. DI yang paling istimewa turun dengan cara-cara tertentu melalui Malaikat Jibril yang diturunkan kepada manusia pilihan (Nabi/Rasul), maka itu disebut dengan wahyu.

Jika DI turun lebih sederhana kepada hamba pilihan Tuhan (auliya'), itu nanti disebut dengan ilham. DI juga bisa turun pada setiap orang biasa, tentunya dengan melalui upaya-upaya khusus, maka itu disebut taklim.

Bagi orang biasa, persyaratan untuk mengakses DI ialah kebeningan dan kebersihan jiwa. Bahasa santrinya: “al-'ilm nur, wa nur Allah la yuhda li al-'ashi (Ilmu itu cahaya, dan cahaya tidak akan masuk di dalam hati yang gelap).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement