Oleh: Ani Nursalikah
Meski Eropa memerlukan tiga abad untuk memanfaatkan bola dunia dan peta dunia milik al-Idrisi, Christopher Columbus dan Vasco Da Gama sesungguhnya menggunakan peta karya al- Idrisi itu.
Karya al-Idrisi juga meng inspirasi ilmuwan Muslim lainnya, seperti Ibn Battuta, Ibn Khaldun, dan Piri Reis.
Pemilik nama lengkap Abu Abd Allah Muhammad al-Idrisi al-Qurtubi al-Hasani al-Sabti itu juga membuat kontribusi besar dalam ilmu tanaman obat. Ia begitu intens mengkaji ilmu pengobatan dengan tumbuh-tumbuhan.
Tidak banyak informasi lengkap mengenai diri al-Idrisi. Dia memperoleh pengetahuan di kampung halamannya di Cordoba. Al-Idrisi masih memiliki garis keturunan dengan Nabi Muhammad SAW.
Masa-masa awal hidupnya ia habiskan dengan mela kukan perjalanan ke seluruh Afrika Utara dan Andalusia. Dia meninggal sekitar 1166 M di Sisilia. Dalam perjalanannya itu, ia sekaligus mengumpulkan berbagai informasi.
Perjalanannya membawanya ke berbagai belahan Eropa, termasuk Portugal, Pyrenees, pantai Atlantik Prancis, Hungaria, dan Jorvik atau yang seka rang dikenal dengan York di Inggris.
Dia menulis sejumlah buku. Karyanya yang paling populer berjudul Kitab al-Jami li Sifat Ashtat al-Nabata. Dalam buku itu, al-Idrisi mengulas dan menggabungkan semua literatur dari berbagai topik tentang botani yang khusus meng kaji pengobatan tumbuh-tumbuhan.
Al-Idrisi pun mulai mengelompokkan nama-nama tanaman obat dalam beberapa bahasa, termasuk Berber, Suriah, Persia, India, Yunani, dan Latin.
Buku-buku yang ditulisnya begitu berpengaruh bagi para sarjana dan ilmuwan di Eropa. Sisilia, tempat al-Idrisi mendedikasikan diri untuk pengembangan ilmu pengetahuan, diyakini sebagai gerbang transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai Islam kepada peradaban Barat.