REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN-- Menjelang ujian nasional SMP, sekolah menganggap Matematika dan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran yang sulit. Lantaran hal itu, sekolah melakukan pendalaman materi kedua mata pelajaran untuk mencapai target kelulusan 100 persen.
Metode pemantauan perkembangan siswa digunakan SMPN 3 Depok, Maguwoharjo, Depok, Sleman untuk meningkatkan pendalaman materi. Kepala Sekolah SMPN 3 Depok, Sukendar mengungkapkan kesulitan secara umum yang dirasakan siswa pada pelajaran matematika dan bahasa Inggris membuat sekolah memberi perhatian ekstra.
"Setiap guru di sini mendampingi 15 siswa untuk memantau perkembangan siswa termasuk pendalaman materi," ujarnya ditemui di ruang kerjanya, Jumat (2/5).
Persiapan untuk menghadapi UN SMP pada 5-8 Mei mendatang dilakukan SMP 3 Depok jauh hari sebelumnya. Sekolah memberi penambahan jam pelajaran, remedial, pendalaman materi, hingga pendekatan ke orang tua siswa agar kondisi rumah kondusif untuk siswa belajar.
Ujian nasional di SMPN 3 Depok akan diikuti 142 siswa. Mereka akan menempati delapan ruang yang sudah disiapkan panitia. Dengan persiapan menghadapi UN, Sukendar mengatakan pihaknya menarget siswa lulus semua. "Kami ingin 100 persen siswa lulus seperti tahun kemarin," ujarnya.
Pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris juga diantisipasi SMP Muhammadiyah 1 Depok. Kepala SMP Muhammadiyah 1, Abdullah Mukti mengatakan untuk menghadapi UN, siswa sudah dikondisikan secara psikis agar tenang dan percaya diri.
"Hal paling penting batin siswa tidak terbebani," jelas Mukti.
Pendalaman materi juga dilakukan untuk materi yang dianggap sulit siswa. Abdulah mengatakan siswa diberi kesempatan bertemu guru di luar jam pelajaran untuk mendalami materi. Persiapan tersebut sudah dilakukan sejak kelas 1. Sebanyak 45 siswa akan mengikuti UN di SMP Muhammadiyah 1 Depok.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman, Arif Haryono mengungkapkan UN SMP akan diikuti 12.957 siswa di Sleman. Mereka berasal dari 131 sekolah yang akan mengikuti UN di 119 sekolah. Siswa dari 12 sekolah bergabung dengan sekolah lain untuk mengikuti UN. Sekolah tersebut digabungkan karena belum berakreditasi atau jumlah peserta kurang dari 20 orang.