REPUBLIKA.CO.ID, -- Perpustakaan ini berada di lantai dasar masjid. Seperti perpustakaan pada umumnya, ketika memasuki area perpustakaan, pengunjung akan disambut deretan rak buku bertingkat-tingkat dan meja baca.
Di pojok kiri perpustakaan disediakan ruang menonton film lewat proyektor. Film yang diputar biasanya tentang pengetahuan umum dan keislaman.
Ruangan ini banyak dimanfaatkan oleh siswa madrasah. Tentu saja, dalam menonton film mereka harus didampingi guru atau petugas perpustakaan.
Istiqlal, kata Mubarok, ingin menjadi bagian dari peningkatan kualitas pemikiran masyarakat Islam. Karena itu, perpustakaan mutlak diperlukan.
Istiqlal, menurutnya, tak boleh hanya menjadi ajang pamer simbol-simbol agama. Terlalu dangkal untuk mengidentikkan Istiqlal dengan kata besar dan megah.
Sebab, kejayaan Islam disebabkan kualitas pemikiran dan kesalehan para penganutnya. “Maka, perpustakaan ini pun didirikan karena salah satu kewajiban umat adalah membaca,” ujarnya.
Kepala Perpustakaan Islam Istiqlal, M Amin Abu Bakar, menambahkan, koleksi buku di perpustakaan tersebut berjumlah 35 ribu eksemplar dengan rincian 60 persen buku keislaman dan 40 persen buku umum. Sedangkan, anggota perpustakaan berjumlah 2.000 orang yang terdiri atas kalangan pelajar dan umum.
“Perpustakaan ini didatangi pengunjung rata-rata 100 orang per hari, didominasi siswa madrasah dan mahasiswa dari kawasan Jakarta,” kata Amin.
Ia mengakui, Perpustakaan Islam Istiqlal sejauh ini belum mampu menempatkan diri sebagai sumber utama referensi umat Islam. Sebab, koleksi buku masih sedikit dan fasilitasnya pun terbatas.
Meski demikian, Amin Abu Bakar yakin, keberadaan perpustakaan tersebut bisa mengakrabkan pengunjung dengan buku, terutama buku-buku keislaman.