REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir memulai kampanye pemilihan presiden pada Sabtu (3/5). Pemilihan presiden 26-27 Mei bertujuan untuk memulihkan pemerintah yang dipilih setelah militer menggulingkan mantan presiden Muhammad Mursi pada Juni 2013 lalu.
Mantan Panglima militer Abdel Fattah al-Sisa diprediksi banyak pihak akan kembali menduduki jabatan presiden. Satu-satnya pesaingnya adalah Hamdeen Sabbahi dari kelompok kiri, tampil sebagai tokoh oposisi yang mengkalim mewakili cita-cita dari kelompok pemberontak yang menggulingan mantan presiden Husni Mubarak di tahun 2011.
Sisi, yang populer karena menggulingkan Mursi, dianggap oleh para pendukungnya sebagai seorang pemimpin kuat yang dapat memulihkan stabilitas. Tetapi, para lawannya khawatir pemerintahnya akan mengekang kebebasan yang telah diperjuangkan oleh kelompok pro-demokrasi sejak tiga tahun lalu.
"Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Mubarak adalah kebijakan-kebijakan yang saat dilakukan oleh pemerintah dukungan militer," kata Sabbahi dalam rapat kampanye di kota Assiut di selatan Mesir.
"Tujuan kita adalah untuk memperoleh kepercayaan rakyat mengubah kebijakan-kebijakan korupsi, tirani dan kemiskinan," katanya, dalam pernyataan yang disiarkan langsung di televisi.
Sabbahi, yang mendapat peringkat ketiga dalam pemilu tahun 2012 di mana Mursi keluar sebagai pemenang, diprediksi tidak akan mampu menyaingi perolehan suara Sisi.