REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Kasus pelecehan seksual di Jakarta International School (JIS) tidak hanya mencuat di Indonesia. Tapi menjadi perhatian dunia dengan datangnya FBI ke Jakarta.
Kedatangan FBI mengenai pelaku William James Vahey, (64 tahun) asal South Carolina yang pernah menjadi staf pengajar di Jakarta International School (JIS). Ia menjadi pengajar dalam kurun waktu 1990 hingga awal 2000.
Vahey (meninggal bunuh diri) sempat menjadi orang yang dicari FBI karena diduga telah memerkosa 90 anak.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Ronnie F Sompie mengaku, Polri akan menyambut baik kedatangan FBI.
''Sebagai bagian dari hubungan antar kepolisian di dalam jaringan NCB Interpol,'' kata dia, Senin (5/5).
Ia melanjutkan, kedatangan FBI bukan merupakan hal yang luar biasa bagi Polri. Mabes Polri disebut sudah sering bekerja sama dengan kepolisian negara asing.
Ronnie mengatakan, kerjasama tersebut dalam rangka mengungkap kasus yang masuk dalam kategori kejahatan antarnegara.
Ronnie pun menegaskan, Polri tetap berpegang teguh terhadap penyidikan yang sudah dilakukan sebelumnya dan akan melanjutkan sesuai dengan prosedur penyidikan.
Ia memastikan, kedatangan FBI tidak akan memengaruhi penyidikan yang dilakukan penyidik Polri. ''Kegiatan yang akan dilakukan Polri tersebut (kedatangan FBI) tidak akan merugikan profesionalitas dan proporsionalitas penyidikan Polri sesuai prosedur UU yang berlaku di Indonesia,'' kata Ronnie.
Kasus pelecehan seksual di Jakarta International School (JIS) mencuat ketika Ibu korban, Th, melaporkan dugaan kekerasan seksual terhadap anaknya ke Polda Metro Jaya berdasarkan Laporan Polisi Nomor : TBL/1044/III/2014/PMJ/Ditreskrimum tertanggal 24 Maret 2014 terkait dugaan pelanggaran Pasal 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Th melaporkan anaknya berinisial AK (6 tahun) menjadi korban pelecehan seksual di toilet sekolah. Ibu korban, menduga pelaku merupakan petugas kebersihan di sekolah tersebut dan lebih dari dua orang.