REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Ahmed Miitig, seorang pengusaha yang didukung kelompok garis keras, terpilih sebagai perdana menteri baru Libya, Minggu, setelah menang dalam pemungutan suara di parlemen. Demikian kata seorang pejabat.
Setelah sidang ricuh Kongres Umum Nasional (GNC), Miitig semula dikabarkan memperoleh hanya 113 dari 120 suara yang dibutuhkan sesuai dengan konstitusi dalam pemungutan suara itu.
Namun pejabat GNC, Salah al-Makhzoum, mengatakan kemudian bahwa Miitig kenyataannya memperoleh 121 suara di parlemen sementara beranggotakan 185 orang. Dia mengalahkan saingannya, Omar al-Hassi, yang merupakan seorang guru besar perguruan tinggi.
Sidang itu merupakan yang kedua dalam sepekan yang dilakukan GNC, badan politik tertinggi Libya, untuk memutuskan antara kedua calon itu. Sebelumnya ada tujuh calon dalam pemilihan tersebut.
Parlemen berkumpul Selasa lalu ketika Miitig memperoleh 67 suara pada babak pertama, yang disusul oleh Hassi dengan 34 suara.
Babak kedua pemungutan suara terganggu oleh orang-orang bersenjata yang menyerbu gedung parlemen, memberondongkan tembakan dan memaksa wakil rakyat mengosongkan bangunan itu.
GNC berusaha memilih seorang perdana menteri untuk mengatasi pelanggaran hukum yang meningkat di negara Afrika Utara itu.
Parlemen menggulingkan PM Ali Zeidan pada Maret karena kegagalannya mengendalikan kekerasan yang meningkat sejak pemberontakan 2011 yang menggulingkan dan menewaskan Muammar Gaddafi.