REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Konflik manusia dengan satwa liar seperti gajah dan harimau di Provinsi Riau tiap tahun terus meningkat dan ini menjadi perhatian bersama, demikian kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Kemal Amas.
"Konflik ini merupakan masalah kompleks karena dapat mengakibatkan kerugian materi dan malahan dapat menyebabkan korban jiwa manusia atau terbunuhnya satwa liar," kata Kemal saat menjadi pembicara di acara Pelatihan Mitigasi Konflik Manusia dengan Harimau di Lansekap Hutan Produksi oleh Asia Pulp and Paper melalui PT Arara Abadi, Selasa.
Kondisi demikian menurut dia akhirnya dapat menurunkan dukungan masyarakat terhadap upaya konservasi satwa liar.
Menurut dia, semakin tingginya intensitas konflik yang terjadi seharusnya mendorong pemerintah dan para pihak terkait lebih bijaksana dalam memahami kehidupan satwa liar terutama harimau sehingga tindakan penanganan dan pencegahannya dapat dilakukan dengan lebih optimal berdasarkan akar permasalahan konflik itu.
APP melalui PT Arara Abadi dan sejumlah mitra Perusahaan Sinarmas Forestry (SMF) Wilayah Riau bekerja sama dengan BBKSDA Riau dan Forum Peneliti dan Pemerhati Harimau Sumatera (HarimauKita) melaksanakan Pelatihan Mitigasi Konflik Manusia dengan Harimau di Lansekap Hutan Produksi mulai 6 hingga 9 Mei 2014 bertempat di BPPM (Balai Penelitian dan Pengembangan Masyarakat) PT Arara Abadi-Sinarmas Forestry Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau.
Pelatihan Mitigasi ini diikuti 25 orang peserta dari staf perusahaan dan BBKSDA yang juga dihadiri oleh Kepala BBKSDA Riau, Kemal Amas, Pimpinan SMF Alias Jalil, Kepala Flagship SMF Yuyu Arlan, Public Relation PT AA-SMF Nurul Huda, APP Noubbie Afransyah, Pimpinan LSM HariamauKita Haryo T Wibisono.
"Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kapasitas staf perusahaan sektor kehutanan dalam upaya mitigasi konflik manusia dengan harimau serta satwa liar lainnya yang mana outputnya nantinya diharapkan dapat menurunkan potensi terjadi konflik harimau dan manusia," kata Nurul Huda.
Kemal Amas menyatakan dukungan kepada PT AA dan Sinarmas Forestry atas kepedulian perusahaan dalam penyelamatan habitat hewan yang dilindungi ini.
Menurut dia, isu kerusakan lingkungan dan pemanasan global harus menjadi perhatian semua pihak termasuk perusahaan-perusahaan.
"Konsep pembangunan harus memperhatikan sosial, lingkungan, dan ekosistem. Sesuai SK Dirjend PHKA No. 132/2011 dari 14 spesies hewan yang dilindungi, maka dua di antara berada di Provinsi Riau yaitu gajah dan harimau," katanya.
Menurut dia, penanganan konservasi tidak hanya bisa dilakukan oleh satu lembaga saja, tetapi harus semua lembaga yang punya komitmen yang tinggi di dalam konservasi ini.
"Perusahaan selama ini punya komitmen yang tinggi untuk penyelamatan hewan-hewan yang dilindungi yang bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, baik pemerintah melalui BBKSDA, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten termasuk LSM-LSM di antaranya HarimauKita," kata Yuyu Arlan.
Pihaknya sangat berterima kasih kepada LSM dan pemerintah atas dukungan yang diberikan kepada perusahaan dalam melaksanakan pelatihan mitigasi ini.
Sementara itu, Aryo Wibsono dari HarimauKita mengharapkan perusahaan berkomitmen untuk melestarikan lingkungan serta hewan dilindungi itu.
"Untuk itu diperlukan upaya memperkuat kapasitas perusahaan di dalam penyelesaian konflik ini. Diharpkan semua pihak dapat bekerja sama dan membuat koridornya," kata dia.