REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seorang polisi Venezuela tewas setelah ia tertembak di bagian lehernya, Kamis, dalam bentrokan dengan para pengunjuk rasa antipemerintah di Karakas.
Kemarahan pengunjuk rasa itu dipicu oleh penggempuran yang terjadi terhadap kemah-kemah mereka sebelum fajar menyingsing.
Pihak berwenang menghancurkan kemah-kemah pengunjuk rasa dan menangkap 243 orang dalam penyergapan tiba-tiba itu --yang dilakukan pada waktu subuh.
Pihak berwenang memukul benteng-benteng pertahanan gerakan yang telah berlangsung berbulan-bulan itu --dan kadang-kadang diwarnai dengan jatuhnya korban tewas-- yang dipimpin para mahasiswa penentang pemerintahan kiri Presiden Nicolas Maduro.
Menteri Dalam Negeri Miguel Rodriguez Torres mengatakan lokasi-lokasi itu "digunakan oleh kelompok-kelompok yang lebih bengis untuk melancarkan aksi-aksi teroris."
Namun beberapa jam kemudian, kelompok-kelompok pemuda kembali bermunculan di jalan-jalan Caracas, yang kemudian dihadapi dengan gas air mata serta peluru-peluru karet.
Pihak berwenang menolak menyebutkan identitas anggota Kepolisian Nasional Bolivaria yang tewas tertembak.
Sementara itu, Yoryi Carvajal, yang merupakan kepala kepolisian distrik Chacao Caracas, mengatakan satu polisi lainnya tertembak dan mengalami luka-luka dalam peristiwa yang sama.
Dua anggota lainnya "mengalami luka-luka terkena benda-benda tumpul," kata Carvajal.
Setidaknya 42 orang telah kehilangan nyawa dan lebih dari 700 lainnya luka-luka sejak para mahasiswa dan lawan-lawan pemerintahan sosialis lainnya turun ke jalan pada Februari lalu untuk memprotes kejahatan yang meraja lela, inflasi yang membumbung serta keterbatasan bahan-bahan dasar.
Selama bulan lalu, gerakan unjuk rasa sebagian besar dipusatkan di perkemahan-perkemahan di Caracas.
Perkemahan utama didirikan di sebuah lingkungan elit di seberang kantor Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Lokasi --yang dipenuhi dengan ratusan tenda dan menutup tiga dari enam jalur jalan raya utama -- dirusak saat penyergapan.
"Hanya sedikit anak muda yang dapat keluar dari gempuran itu," kata pengacara yang juga pegiat hak asasi manusia, Elenis Rodriguez.
Rodriguez Torres mengatakan polisi menyita berbagai benda, termasuk obat-obatan terlarang, senjata, bahan peledak, mortir, granat dan tabung gas selama operasi penggempuran itu --"semua (benda) yang bisa dipakai untuk berhadapan dengan pasukan keamanan sehari-hari."
Pemimpin mahasiswa Juan Requesens bertekad bahwa para pengunjuk rasa tidak akan dapat dihalangi."Mahasiswa akan terus memperjuangkan hak," katanya.
Penggempuran oleh polisi terjadi hanya beberapa jam sebelum sidang terhadap pemimpin oposisi yang sedang dipenjara, Leopoldo Lopez, ditunda.
Lopez "lagi-lagi dipindahkan ke penjara militer Ramo Verde," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan partainya, Kehendak Populer.