REPUBLIKA.CO.ID, Dari pertemanannya dengan para muslimah itu, Hana rupanya menyimpan rasa gundah. Ia melihat cara berpakaian Islami yang diperlihatkan teman-teman kuliahnya itu dinilai kurang variatif. Saat itulah ia mulai berkenalan dengan Islam.

Pada saat itu, Hana sempat menegaskan pada dirinya tak ada keinginan sama sekali untuk menganut agama Islam maupun menjadi seorang muslimah di kemudian hari. ''Saya tertarik pada agama (Islam) tetapi saat itu tak ada sama sekali pengaruhnya buat kehidupan saya,'' ujarnya seperti dilansir dari independent.co.uk

Proses itu terus berlanjut. Walau menyimpan kegundahan terhadap cara berpakaian sahabatnya yang muslim namun ia merasa nyaman bergaul dengan mereka. Ada perilaku yang berbeda ditunjukkan oleh teman-temannya yang muslimah.

Ketika sebagian besar teman kuliahnya doyan berpesta pora -- melarutkan diri pada musik hip hop, minum-minuman keras dan lain sebagianya -- Hana justru melihat sahabatnya yang muslim lebih senang menghabiskan waktu membaca dan berdiskusi. Secara tak sadar, Hana justru menjadi semakin intens bergaul dengan para sahabatnya yang beragama Islam.

''Saat itu saya sangat populer, punya banyak teman baik, pacar. Pokoknya saya memiliki segala-galanya. Tapi saya masih merasa apakah ini yang saya cari?'' kata Hana.

Di saat itulah, Hana justru mulai menenggelamkan dirinya pada agama. Ia banyak mempelajari mengenai teman-temannya yang memiliki latar belakang yang beragam. Ketika itu ia menemukan fakta bahwa seperempat kawan-kawannya justru mengalami krisis dalam kehidupannya. ''Di sana ada sejumlah hal yang menarik saya terhadap Islam. Itu menjadi sesuatu yang tidak saya raih,'' kenangnya.

Ketika itu Hana mengaku mulai tertarik untuk belajar filsafat. Ketertarikan itu ternyata membawanya berkenalan langsung dengan kitab suci Alquran. Setelah membaca dan mendalaminya, ia justru menemukan fakta menarik.

Ikuti Whatsapp Channel Republika