Kamis 29 May 2014 18:56 WIB

Fusi Dua Dapartemen Munculkan Rasa tak Puas Pegawai AusAID

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Sebuah survei yang bocor dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) memperlihatkan ketidakpuasan mantan karyawan AusAID dengan penggabungan lembaganya bersama DFAT. Lembaga pemberian bantuan dana pembangunan, AusAID dilebur dengan DFAT pada November 2013.

Dari survei tersebut, hanya 33 persen dari mantan karyawan AusAID yang 'merasa' sebagai bagian dari tim. Sementara 70 persen lainnya memang sudah bekerja bersama Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) sebelumnya.

Lebih dari 4.000 staff dari kedua lembaga yang digabungkan berpartisipasi dalam survei tersebut. Survei dilakukan pada bulan Febuari dan Maret lalu, dengan karyawan yang bereaksi terhadap struktur baru dan mengantisipasi pemotongan anggaran negara beberapa waktu lalu. Survei ini menjadi seri pertama yang dilakukan untuk mengawasi perkembangan pasca penggabungan dua lembaga bulan November tahun lalu.

Kedua lembaga ini digabungkan dengan tujuan agar menyalurkan program dan bantuan yang lebih baik. Tetapi beberapa mantan karyawan AusAID mengatakan upaya ini sebagai 'pengambilalihan' oleh DFAT. Sebanyak 21 persen dari mantan karyawn AusAID yang disurvei mengindikasikan mereka pernah ingin meninggalkan lembaganya setelah dua tahun ke depan, dibandingkan 11 persen dari karyawan yang pernah bekerja di DFAT sebelum digabungkan.

Kedua lembaga ini memiliki budaya yang berbeda.

Dalam sebuah pesan yang dilampirkan dalam laporan survei ini, Sekretaris DFAT, Peter Varghese mengakui akan adanya tingkat kepuasan yang rendah dari mantan karyawan AusAID. Ia mengatakan berkomitmen untuk meningkatkan upaya di seluruh aspek yang dirasa perlu ditingkatkan.

Anggota parlemen dari Partai Buruh yang berada di Canberra, Gai Brodtmann, yang juga pernah bekerja bersama DFAT dan AusAID mengatakan hasil survei ini memunculkan kekhawatiran yang pernah ia utarakan bersama konstituennya saat kedua lembaga tersebut bergabung. "Mereka [DFAT dan AusAID] memiliki budaya yang berbeda," ujar Brodtmann. "Permasalahan yang diangkat dalam survei ini adalah, orang-orang merasa membutuhkan untuk penguatan pesan yang berkaitan dengan program bantuan yang sejalan dengan arah strategis DFAT dan mempromosikan nilai-nilai tersebut agar bisa berkontribusi pada geo-strategi pemerintah," paparnya belum lama ini.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara DFAT mengatakan survei tersebut mungkin mencerminkan ketidakpastian soal pekerjaan pada saat itu, tetapi sekarang keadaan menjadi lebih pasti.

"Sekarang, anggaran untuk departemen ini sudah diketahui, kita memiliki angka tepat untuk pengaturan staff," ujarnya. "Jadi saat pemotongan jumlah karyawan diperlukan, mereka ada yang diminta untuk mundur, setidaknya sudah ada angka pasti soal angka."

Juru bicara juga mengatakan, tingkat kepuasan yang relatif rendah di antara mantan staf AusAID tidak terduga, mengingat survei dilakukan hanya empat bulan setelah peleburan dua lembaga tersebut.

Tapi ia senang melihat dua pertiga responden mengatakan mereka memiliki pemahaman yang baik soal integrasi, dan sekitar tiga perempat menunjukkan kepuasan secara keseluruhan dengan pekerjaan mereka saat ini.

Ikuti Kompetisi Belajar Bahasa Inggris di Australia - Klik tautan berikut: https://apps.facebook.com/australiaplus

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement