REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti berharap kearifan lokal menjadi solusi dalam membentengi pariwisata Bali sebagai akibat dari terbukanya era globalisasi.
"Kita kaya akan kearifan lokal karena akar penting yang sering dilupakan karena makin terdesak sektor pariwisata," katanya usai menjadi pembicara seminar internasional bertajuk Benteng Terbuka Masa Depan Pariwisata Bali yang digelar Universitas Udayana di Denpasara, Senin.
Menurut dia, kearifan lokal tersebut untuk membentengi daya dukung pariwisata, baik fisik maupun nonfisik yang memiliki ketahanan lebih kritis.
Salah satu kearifan lokal yang tidak hanya menjadi solusi regional, tetapi internasional yang sangat relevan di Pulau Dewata, yakni Tri Hita Karana yang memberikan tiga harmoni dalam penyeimbangan keberlangsungan kehidupan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Ia mengharapkan kearifan lokal tersebut terus dioptimalkan untuk mengontrol laju pembangunan dalam sektor pariwisata yang makin tidak terkendali di sejumlah kawasan tertentu.
Permasalahan daya dukung itu di antaranya pembangunan sarana pariwisata seperti hotel yang berujung pada pemerataan pembangunan dan berdampak terhadap kepadatan lalu lintas atau kemacetan di beberapa kawasan wisata tertentu.
Selain daya dukung fisik, permasalahan daya dukung nonfisik juga terdampak dalam hal psikologi masyarakat dan dampak sosial.
"Daya dukung nonfisik ini yang lebih kritis. Perencanaan adalah salah satu jawaban," katanya.
Saat ini, DPRD Bali bersama Pemprov Bali tengah menggodok Rancangan Peraturan Daerah tentang Arahan Zonasi yang saat ini masih dalam tahap pembahasan yang ditargetkan rampung sebelum masa tugas dewan habis tahun 2014.
Wiendu mengapresiasi adanya rancangan yang nantinya menjadi peraturan daerah tersebut meskipun belum ketok palu.
Dia mengingatkan adanya kearifan lokal tersebut karena Bali merupakan pulau kecil yang menjadi pusat pariwisata Indonesia.
Apalagi, dengan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara dan ditambah turis nusantara menambah padat Pulau Dewata sehingga memunculkan permasalahan daya dukung.