Kamis 12 Jun 2014 18:35 WIB

SBY: Perlu Redefinisi Persepsi Ancaman

Rep: Esthi Maharani/ Red: Mansyur Faqih
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar pada Sidang Senat Terbuka Akademik Universitas Pertahanan Indonesia di Kompleks Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia (Indonesia Peace and Security Center/IPSC), Sentul, Kamis (1
Foto: antara
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar pada Sidang Senat Terbuka Akademik Universitas Pertahanan Indonesia di Kompleks Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia (Indonesia Peace and Security Center/IPSC), Sentul, Kamis (1

REPUBLIKA.CO.ID, SENTUL -- Dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar ilmu ketahanan nasional di Universitas Pertahanan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan perlunya redefinisi persepsi ancaman terhadap kepentingan nasional. 

Ia beranggapan, ancaman yang dihadapi berubah. Ini seiring dengan berkembangnya teori tentang keamanan yang tadinya hanya bersifat tradisional bertambah dengan yang bersifat non-tradisional.

"Ancaman baru ini, yaitu non-traditional security threat kini berkembang makin luas dan kompleks," katanya, Kamis (12/6). 

Saat ini, tambahnya, ancaman terhadap kepentingan nasional bisa berupa ancaman militer, ekonomi, ideologi, dan nilai dasar yang dianut. Termasuk politik dan kedaulatan. Tetapi bisa juga bencana alam, perubahan iklim, wabah penyakit, dan lain-lain. 

"Jika negara kita harus selamat dan mampu mengatasi ancaman apa pun bentuknya, maka strategi dan cara yang harus kita lakukan juga harus sesuai dengan ancaman-ancaman tersebut," katanya. 

Dari segi ekonomi, paparnya, Indonesia sempat mengalami krisis. Namun, ekonomi kolaps, pengangguran meledak, dan kemiskinan bisa diatasi.

Caranya, dengan gerak cepat dan upaya tepat serta terus menerus secara global dan regional. "Itulah ancaman yang nyata bagi rakyat kita," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement