REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Biaya yang meningkat serta pendapatan yang merosot tak hanya mempengaruhi produsen daging sapi, namun juga para penembak kangguru.
Perubahan regulasi mengenai hal ini telah dikenalkan tahun lalu dan membuat para pemilik lahan, dengan izin mitigasi kerusakan, dapat menembak kangguru selama periode setahun. Sebelumnya, izin hanya dikeluarkan untuk periode 6 bulan. Penembak kangguru asal Queensland, Adam Kangan, mengatakan, harga daging kangguru yang sangat rendah membuat para penembak lari dari industri ini.
“Jadi, uang yang kami dapatkan untuk sekilo daging kanggguru hanyalah 65 sen. Padahal ketika saya mulai berburu 23 tahun lalu, upahnya sekitar 55-60 sen per kilo dan kemudian seiring berjalannya waktu, harga bahan bakar, amunisi, ban, semua harga barang-barang naik, kecuali harga daging kangguru,” keluhnya baru-baru ini.
‘Game Meat Processing’ (GMP) adalah salah satu pengolah daging kangguru yang cukup besar di Australia.
Manajer Umum GMP, Rex Devantier, mengungkapkan, industri daging kangguru tengah menghadapi tantangan yang cukup sulit.
Ia mengungkapkan, akses ke pasar adalah isu terbesar dari industri daging kangguru dan kondisi ini mempengaruhi upah yang diberikan kepada para penembak.
“Ini soal hukum permintaan dan penawaran, seperti halnya pada produk agrikultur lainnya. Ketika ada suplai lebih sementara permintaan tak berubah, maka harga jatuh. Kami bersimpati pada nasib pemburu kangguru, sejujurnya kami ingin membayar mereka lebih, namun nasib kami juga tidak jauh berbeda,” ujar Rex.