Sabtu 14 Jun 2014 14:32 WIB

Industri Daging Kangguru Lesu

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Biaya yang meningkat serta pendapatan yang merosot tak hanya mempengaruhi produsen daging sapi, namun juga para penembak kangguru.

Industri daging kangguru tak bergeliat. Satu kilo daging kangguru hanya dihargai 65 sen.
Awal tahun ini, setelah adanya ledakan populasi kangguru di berbagai negara bagian, Pemerintah negara bagian Queensland mempercepat izin perburuan kangguru. Dengan izin itu  para pemilik lahan menembak 1.000 kangguru di tiap properti.

Perubahan regulasi mengenai hal ini telah dikenalkan tahun lalu dan membuat para pemilik lahan, dengan izin mitigasi kerusakan, dapat menembak kangguru selama periode setahun.  Sebelumnya, izin hanya dikeluarkan untuk periode 6 bulan. Penembak kangguru asal Queensland, Adam Kangan, mengatakan, harga daging kangguru yang sangat rendah membuat para penembak lari dari industri ini.

“Jadi, uang yang kami dapatkan untuk sekilo daging kanggguru hanyalah 65 sen. Padahal ketika saya mulai berburu 23 tahun lalu, upahnya sekitar 55-60 sen per kilo dan kemudian seiring berjalannya waktu, harga bahan bakar, amunisi, ban, semua harga barang-barang naik, kecuali harga daging kangguru,” keluhnya baru-baru ini.

‘Game Meat Processing’ (GMP) adalah salah satu pengolah daging kangguru yang cukup besar di Australia.

Manajer Umum GMP, Rex Devantier, mengungkapkan, industri daging kangguru tengah menghadapi tantangan yang cukup sulit.

Ia mengungkapkan, akses ke pasar adalah isu terbesar dari industri daging kangguru dan kondisi ini mempengaruhi upah yang diberikan kepada para penembak.

“Ini soal hukum permintaan dan penawaran, seperti halnya pada produk agrikultur lainnya. Ketika ada suplai lebih sementara permintaan tak berubah, maka harga jatuh. Kami bersimpati pada nasib pemburu kangguru, sejujurnya kami ingin membayar mereka lebih, namun nasib kami juga tidak jauh berbeda,” ujar Rex.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement