REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Beberapa panitia pemilihan luar negeri (PPLN) di Australia terus melakukan sosialiasi pemilihan presiden pada 9 Juli mendatang. Kegiatan ini dilakukan untuk menarik lebih banyak WNI untuk memberikan suara mereka.
Salah satu di antaranya adalah PPLN di New South Wales yang mengadakan sosialisasi Ahad (15/6) lalu di Marrickville. Menurut atase pendidikan dan sosial budaya KJRI Sydney, Nicolas Manoppo, kegiatan sosialisasi ini memang dilakukan untuk menggerakakan masyarakat agar mau datang ke pelaksanaan plilpres di New South Wales, Australia Selatan dan Queensland. Daerah-daerah tersebut merupakan bagian dari wilayah kerja KJRI Sydney.
Dengan pemilih hanya berkisar 20-25 persen yang memberikan suara di pemilihan legislatif lalu, panitia pemilihan luar negeri (PPLN) di Australia mengadakan sosialisasi pemilihan presiden guna mendorong lebih banyak WNI untuk memberikan suara mereka. "Di Pileg yang lalu, WNI yang datang ke TPS dan mengirimkan surat pos berjumlah 25 persen. Jadi diharapkan melalui sosialisasi pilpres kehadiran pemilih di pilpres lebih meningkat dibandingkan di pileg," kata Manoppo, baru-baru ini.
"Berbeda di Indonesia, dimana lewat stasiun televisi dan media, masyarakat banyak mendapatkan informasi mengenai pilpres, sehingga tidak perlu lagi sosialisasi," tambah Manoppo.
Hari pemungutan suara di wilayah Sydney, dan Melbourne, dua wilayah dengan warga Indonesia paling banyak, akan dilakukan Sabtu (5/7) lalu. Sementara di wilayah kerja KJRI Perth pemungutan suara akan dilakukan hari Ahad (6/7). Selain Sydney, PPLN juga akan menyelenggarakan sosialisasi di minggu-minggu mendatang namun di wilayah kerja KJRI Melbourne tidak akan dilakukan sosialisasi terbuka dengan mengumpulkan warga seperti yang dilakukan oleh Sydney.
Menurut ketua PPLN Melbourne Isvet Novera, dalam panduan dari KPU memang tidak ada keharusan untuk melakukan sosialisasi. "Kita melakukan sosialisasi lewat email namun tidak dengan pertemuan terbuka," kata Isvet kepada wartawan ABC L. Sastra Wijaya.
Walau rerata yang memberikan suara sekitar 20-25 persen di Australia dari jumlah pemilih yang tercatat, namun Isvet Novera mengatakan bahwa jumlah pemilih tetap di luar negeri tidaklah bisa disebut sebagai 100 persen angka yang akurat.
"Kalau di Indonesia, jelas pemilih di daerah tertentu, jumlahnya bisa diketahui dengan akurat memang sebanyak itu. Di luar negeri, daftar yang ada itu belum tentu benar karena kita tidak tahu apakah memang yang terdaftar itu masih berada di Australia atau sudah pulang,' tambah Isvet lagi.