REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Washington mendukung seruan-seruan para pemilih di Hong Kong untuk diberi suara dalam pencalonan pemimpin mereka berikutnya setelah setengah
juta demonstran berbaris melalui jalan-jalan kota Selasa.
"Kami mendukung tradisi kemapanan Hong Kong dan hukum dasar perlindungan yang mencakup kebebasan yang diakui secara internasional seperti kebebasan berkumpul secara damai dan kebebasan berekspresi," kata Wakil Juri Bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf.
"Kami percaya bahwa masyarakat terbuka dengan kemungkinan tingkat tertinggi otonomi dan diatur oleh aturan hukum yang benar-benar penting untuk stabilitas dan kemakmuran Hong Kong," katanya kepada wartawan, mempertaruhkan kemarahan Cina.
Melambaikan bendera era-kolonial dan meneriakkan slogan-slogan anti-Beijing, aksi-aksi protes Selasa adalah yang terbesar sejak Hong Kong diserahkan kembali kepada Cina oleh Inggris pada 1997, kata penyelenggara.
Skala ujuk rasa mencerminkan ketidakpuasan bergelombang atas desakan Beijing itu calon pemimpin dokter hewan sebelum pemungutan suara pada tahun 2017 untuk pemimpin semi-otonomi berikutnya di kota Cina itu.
"Saya tahu rincian tentang proses pemilihan kepala eksekutif pada tahun 2017 masih sedang dikerjakan," kata Harf.
"Tetapi kami percaya bahwa legitimasi dari orang-orang disini akan ditingkatkan, jika hak pilih universal terpenuhi dan jika pemilu menyediakan pilihan calon asli yang mewakili kehendak pemilih."
Sekitar 800.000 orang telah mengambil bagian dalam referendum informal yang menuntut bahwa para pemilih diperbolehkan suara dalam pencalonan kandidat 2017, dalam jajak pendapat yang dicap oleh Beijing sebagai "ilegal dan tidak sah."