REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya dalam dua hari terakhir dikagetkan dengan datangnya curah hujan hampir tanpa henti. Padahal bulan ini wilayah DI Yogyakarta dan sekitarnya masuk musim kemarau.
"Ini akibat adanya gangguan cuaca jangka pendek," kata Kasie data dan informasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Tony Agus Wijaya, Senin (14/6).
Menurutnya, gangguan cuaca jangka pendek ini merupakan dampak dari badai tropis rammasun yang ada di Timur Filipina. ''Hujan yang terjadi akibat gangguan cuaca jangka pendek karena badai Rammasun yang ada di Timur Filipina,'' terangnya, Senin (14/7).
Menurutnya, wilayah Indonesia hanya terkena dampak tidak langsung akibat badai tersebut sehingga dua hari terakhir curah hujan meningkat.
Menurut dia, dampak badai Rammasun bersifat regional, seperti wilayah Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi. Akibatnya, terjadi perubahan pola angin dan berkumpulnya awan-awan di wilayah Indonesia yang menyebabkan turun hujan.
BMKG mencatat, curah hujan yang turun di DI Yogyakarta pada Ahad (13/7) mencapai 40 mm sehari. Curah hujan tersebut termasuk intensitas sedang.
Tony menjelaskan seharusnya sejak Mei-Oktober, wilayah DI Yogyakarta memasuki musim kemarau. Puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada bulan Agutus.
''Gangguan cuaca jangka pendek diperkirakan terjadi hingga3 hari yang akan datang atau sampai hari Rabu,'' kata dia.
Sampai Rabu, cuaca di wilayah Yogyakarta akan berawan disertai hujan ringan. Di wilayah DI Yogyakarta, badai tropis yang terjadi tidak berdampak besar terhadap peningkatan gelombang laut. Tinggi gelombang laut di Selatan Pulau Jawa saat ini tercatat sekitar 2-3 meter.
"Kita peringatkan kepada nelayan untuk berhati-hati saat melaut," ujarnya.