REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Memasuki bulan Ramadhan, penerbit buku-buku Islam di Bangladesh kebanjiran pesanan. Permintaan terhadap Alquran dan Hadist menjadi incaran umat Islam.
"Saya telah membeli Alquran, Hadits dan literatur Islam terutama spiritual. Namun, kebijakan pemerintah sempat mmbatasi penjualan literatur Islam," cerita Chief Operating Officer , Md Zahedul Islam Tareque..
Seperti dilansir, Onislam.net, Kamis (17/7), Tareque mengatakan pemerintah Bangladesh sekarang menerapkan pembatasan penjualan buku-buku Islam sejak tahun 2007. Alasannya, pemerintah khawatir buku-buku itu mengajak warga Bangladesh membenarkan kekerasan.
Pembatasan itu mendorong polisi untuk mengawasi lebih ketat peredaraan buku-buku Islam "Jika ada yang membeli literatur Islam, ia akan diganggu oleh administrasi pemerintahan dan dituding sebagai ekstremis Islam dan teroris," ujar Tareque.
Dia menambahkan, pemerintah harus mengubah sikap dan memberikan kesempatan kebebasan pers dan pendapat untuk semua kelompok. Tareque berbicara pada Islamic Book Fair yang diselenggarakan di Selatan Masjid Baitul Mukarram, masjid nasional Bangladesh.
Secara terpisah, Analis Islam, Mohammad Nuruzaman menyayangkan adanya pembatasan penjualan buku-buku Islam. Padahal minat umat Islam terhadap buku tersebut sangat besar. Apalagi saat Ramadhan.
"Ada perubahan ideologis dalam pikiran dan masyarakat Muslim di Bangladesh selama Ramdan," kata Nuruzaman.
"Sehingga sebagian besar Muslim mencoba untuk membeli beberapa buku Islam terutama buku Masala Masael, artinya aturan dan peraturan, terkait dengan doa dan puasa dan permohonan," tambahnya.