Kamis 31 Jul 2014 13:52 WIB

Ini Isi Surat Terbuka SBY Soal Palestina

Presiden SBY.
Foto: @SBYudhoyono
Presiden SBY.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus mengikuti perkembangan di jalur Gaza, Palestina. Serangan Israel yang sudah beberapa pekan dianggap menimbulkan krisis kemanusiaan dan sudah melampaui batas kepatutannya.

Meski sejak awal Indonesia memberikan dorongan dan bantuan kepada Palestina, hal itu dianggap masih kurang. Karena itu, Presiden SBY menulis surat terbuka.

"Hari ini saya sudah menulis surat terbuka yang saya tujukan ke seluruh pemimpin dunia dan sudah dimuat di street time dan sudah di rilis di facebook SBY. Kita ingin tragedi kemanusiaan itu diakhiri, gencatan senjata bisa diberlakukan," katanya saat menggelar konferensi pers di kediamannya di Cikeas, Jawa Barat, Kamis (31/7).

Surat terbuka SBY kepada pemimpin dunia tentang krisis kemanusiaan di Gaza itu ada tujuh halaman. Isinya tak lain seruan moral kepada seluruh bangsa di dunia utamanya para pemimpin dunia serta pimpinan israel dan Hamas untuk hentikan kekerasan dan tragedi di jalur gaza.

"Dari Jakarta, saya harus meneriakkan seruan moral kepada seluruh bangsa di dunia, utamanya para pemimpin dunia, dan utamanya lagi kepada pemimpin Israel dan Hamas, untuk segera menghentikan kekerasan dan tragedi di kawasan itu. Dengan seruan ini saya berharap para pemimpin dunia segera mengambil tanggung jawab bersama dan benar-benar bisa melakukan atau "memaksakan" gencatan senjata dan mengakhiri operasi-operasi militer yang nampaknya makin tidak pandang bulu," katanya dalam surat tersebut.

Dalam surat itu, Presiden SBY menegaskan gencatan senjata harus dilakukan sekarang. Tak hanya Israel yang harus menghentikan serangan udara, laut, dan darat tetapi juga Hamas yang juga harus menghentikan serangan. Artinya, siklus kekerasan dan aksi balas membalas tidak terus berlanjut.

"Tindakan para pemimpin politik dan militer untuk melanjutkan operasi-operasi militer saat ini hanya akan makin menambah jatuhnya korban jiwa, termasuk anak-anak, kaum perempuan dan golongan lanjut usia. lni semua sudah menabrak hukum, moral dan etika perang, yang harus dijunjung tinggi di sebuah dunia yang beradab," tulisnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement