REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat upaya pemerintah dalam mengendalikan harga kebutuhan pangan relatif berhasil, karena inflasi Juli 2014 hanya mencapai 0,93 persen, meskipun terdapat bulan puasa dan lebaran. "Ini menunjukkan harga pada puasa atau lebaran relatif terkendali. Ini merupakan salah satu keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan inflasi," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Senin (4/8).
Ia mengatakan, inflasi Juli 2014 lebih rendah dari Juli 2010 yang tercatat 1,57 persen dan Juli 2013 sebesar 3,29 persen, yang terkena dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun, inflasi Juli 2014 masih lebih tinggi dari Juli 2009 yang tercatat 0,45 persen, Juli 2011 sebesar 0,47 persen dan Juli 2012 mencapai 0,7 persen. "Tapi, inflasi karena ada puasa dan lebaran pada Juli, tergolong rendah," kata Suryamin.
Kelompok bahan makanan menyumbang andil inflasi paling tinggi pada Juli 2014 yaitu mencapai 1,94 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,0 persen. Kemudian, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menyumbang andil inflasi 0,88 persen, kelompok sandang 0,85 persen, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,45 persen.
Selain itu, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga ikut menyumbang andil inflasi 0,45 persen dan kelompok kesehatan menyumbang andil inflasi paling kecil pada Juli yaitu sebesar 0,39 persen. Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-Juli 2014 tercatat mencapai 2,94 persen atau secara tahunan (yoy) 4,53 persen.