Selasa 12 Aug 2014 15:07 WIB
Pergulatan Wacana Legalitas Agama Baha'i

Baha'i Mengaku Sebagai Agama, Apa dan dari Mana Asalnya?

Rep: c73/ Red: Joko Sadewo
Situs Bahai Indonesia
Foto: [ist]
Situs Bahai Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Situs resmi Baha'i Indonesia (www.bahaiindonesia.org), Baha'i menyebut dirinya sebagai sebuah agama.

Agaman Baha'i menyebut sebagai agama yang independen dan bersifat universal, bukan sekte dari agama lain. Disebutkan, pembawa wahyu agama Baha'i adalah Baha'u'llah. Adapun Baha'u'llah sendiri memiliki arti kemuliaan Tuhan.

Seperti dikutip dari situs www.bahai.org, disebutkan bahwa ada seorang pemuda yang dikenal dengan nama Bab asal kota Shiraz, Iran, mengumumkan akan adanya seorang pembawa wahyu ke muka bumi. Bab mengumumkan itu pada 23 Mei 1844.

Namun Bab akhirnya ditangkap dan dipenjara oleh otoritas Persia, dan dieksekusi di lapangan kota Tabriz pada 9 Juli 1850. Makamnya yang terdiri dari bangunan megah dengan kubah emas, berada di Haifa, Israel.

Setelah Bab dieksekusi mati, pada 1863 seorang bernama Baha'u'llah mengaku dirinya adalah orang yang dijanjikan (baca: nabi) oleh Bab. Baha'u'llah  lahir di Iran tahun 1817, berasal dari keluarga ningrat Persia.

Ia kemudian di kirim ke Konstantinopel, Adrianople dan ke Acre di Israel, tempat dimana ia menjadi tahanan pada 1868.

Baha'u'llah mengumumkan misinya untuk menciptakan kesatuan umat manusia serta mewujudkan keselarasan di antara agama-agama.

Ia menyatakan bahwa tujuan agamanya adalah mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan manusia, dan memperbarui lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan seluruh umat manusia.

Dalam perjalanannya di sebagian besar kerajaan Turki, Baha'u'llah banyak membuat tulisan, yang disebut sebagai wahyu yang diterimanya, dan menjelaskan secara luas tentang Keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan kesatuan umat manusia.

Baha'u'llah meninggal pada 1892 di Bahji, kota sebelah utara Acre di Israel. Namun dalam surat wasiatnya, Baha'u'llah menunjuk putra sulungnya, Abdu'l Baha', sebagai penerusnya. Abdu'l Baha juga ditunjuk sebagai penafsir yang sah atas tulisan Baha'u'llah.

Abdu'l Baha' menjadi pemimpin agama Baha'i setelah Baha'u'llah meninggal.

Abdul Baha' pernah melakukan perjalanan ke Mesir, Eropa dan Amerika pada 1911-1913. Dalam perjalanannya itulah, ia mengumumkan misinya kepada berbagai elemen masyarakat.

Abdu'l Baha' meninggal pada 1921. Dan digantikan dengan cucu tertuanya, Shoghi Effendi Rabbani, sebagai Wali agama dan penafsir ajaran Baha'i. Hingga kematiannya pada 1957, Shoghi menerjemahkan tulisan Baha'u'llah dan Abdul Baha' ke dalam bahasa Inggris.

Selepas Shoghi, umat Baha'i dibimbing oleh lembaga internasional yang dinamakannya Balai Keadilan Sedunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement