Rabu 13 Aug 2014 10:36 WIB

MK: Keterangan Palsu dalam Sidang akan Dipidana 7 Tahun

Rep: c75/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva bersama sejumlah Hakim Konstitusi ketika mendengarkan keterangan salah satu saksi kubu Prabowo-Hatta dalam sidang lanjutan perselisihan hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden di Gedung Ma
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva bersama sejumlah Hakim Konstitusi ketika mendengarkan keterangan salah satu saksi kubu Prabowo-Hatta dalam sidang lanjutan perselisihan hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden di Gedung Ma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Hamdan Zoelva mengatakan saksi dalam persidangan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Presiden dan Wakil Presiden yang memberikan keterangan palsu dibawah sumpah akan terancam terkena pidana dengan ancaman hukuman penjara 7 tahun. Para pihak bisa melaporkan hal itu sebagai keterangan palsu dan bisa memprosesnya di peradilan pidana.

“Kalau ada pemohon yang memberikan keterangan palsu dalam sidang. Para pihak bisa melaporkan sebagai keterangan palsu dan bisa memprosesnya di peradilan pidana. Keterangan palsu dibawah sumpah itu pidananya ada 7 tahun,” ujar Ketua MK, Hamdan Zoelva kepada wartawan di aula Gedung MK, Rabu (13/8).

Ia menuturkan pihaknya hanya mendengar keterangan saksi dalam sidang PHPU. Keterangan tersebut dipakai oleh hakim atau tidak itu tergantung kepada keyakinan hakim. Sementara, jika keterangan saksi itu palsu atau tidak bukan menjadi urusang MK.

“Karena dibawah sumpah, itu yang kita (hakim) pakai. Palsu atau tidak itu di peradilan pidana. Sementara mahkamah percaya atau tidak itu tergantung keyakinan hakim dalam melihat itu. Kita hanya mendengarkan keterangan saksi. Dipakai atau tidak itu tergantung keyakinan hakim,” jelasnya.

Mahkamah Konstitusi (MK) saat ini tengah melaksanakan sidang PHPU Presiden dan Wakil Presiden lanjutan yang kelima. Dengan agenda sidang pemeriksaan saksi termohon, Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement