Rabu 13 Aug 2014 19:03 WIB

Dokter Nasrani dan Sufi (1)

Para jamaah sufi berdoa agar Allah menyelamatkan dokter Nasrani yang baik hati tersebut dari api neraka.
Foto: Betterphotography.in
Para jamaah sufi berdoa agar Allah menyelamatkan dokter Nasrani yang baik hati tersebut dari api neraka.

Oleh: Nashih Nashrullah      

Kezuhudan rombongan sufi mengetuk hati dokter Nasrani.

Tanpa identitas tahun dan nama tokoh-tokoh dalam cerita, Ibnu Quddamah al-Maqdisi, mengisahkan kisah inspiratif dan menggungah hati.

Adalah cerita tentang berislamnya seorang dokter Nasrani di tangan para jamaah sufi. Kisah yang satu ini menjadi pamungkas kitab At-Tawwabin karya Ibnu Quddamah.

Alkisah, sebanyak 40 orang dari jamaah sufi tengah mengadakan perjalanan religi. Di daerah sekitar Baghdad, mereka memutuskan untuk berhenti dan menetap selama tiga hari. Ketika itu, kondisi keuangan rombongan sufi tersebut sekarat, tak ada bekal yang tersisa. Para sufi itu, harus menetap tanpa makanan sama sekali.

“Para jamaah, Allah SWT mengizinkan berikhtiar bagi para hamba. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. (QS al-Mulk [67]: 15). Carilah sekiranya ada orang yang berempati dan memberi kita makan,” kata salah seorang yang dituakan dalam rombongan itu.

Lantas, berangkatlah salah satu dari mereka berjalan menuju sudut-sudut Kota Baghdad, berharap ada orang yang beriba dan membantu kesulitan makanan yang mereka alami. Namun, hasilnya nihil. Utusan itu gagal mencari makanan bagi para rombongan yang masih berada di luar pusat kota.

Utusan tersebut akhirnya kelaparan dan kelelahan. Kondisi fisiknya melemah. Ia memutuskan beristirahat di sebuah toko obat milik seorang dokter Nasrani. Suasana toko tengah ramai dan padat oleh para pelanggan.

Sang dokter tampak sibuk melayani dan memberikan obat. Di tengah-tengah kesibukannya itu, ia melihat utusan duduk terkulai lemas di depan tokonya. “Apa yang terjadi padamu, sakit apakah Saudara?” tanya sang dokter mendekati utusan.

Pria utusan itu belum sempat menjawab pertanyaan, sang dokter dengan sigap memegang tangan dan memeriksa denyut nadinya lalu berkata, “Oh, saya tahu persis penyakit yang mendera Anda. Wahai pembantu, berangkatlah ke pasar. Beli satu bungkus roti, sebungkus lauk, dan satu kantong manisan.”

Utusan tersebut tak melupakan para temannya, ia mengadu kepada si dokter bahwa ada 39 orang lagi yang tengah kelaparan. “Baik tidak masalah, wahai pembantu beli lagi makanan itu untuk 39 orang,” katanya menginstruksikan kepada pembantunya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement