Kamis 21 Aug 2014 13:23 WIB

Semakin Sulit Memberantas Kemiskinan di Indonesia

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menganggap tantangan pemberantasan kemiskinan di Indonesia meningkat. Usaha yang lebih tinggi dibutuhkan untuk menghapuskan kemiskinan dari Indonesia Asisten Koodinator Kelompok Kerja TNP2K Ari Perdana mengatakan, tingkat kemiskinan di Indonesia memang menurun, tetapi penurunannya semakin melambat.

"Kita sekarang menghadapi kemiskinan di area terpencil. Tantangannya lebih tinggi sehingga butuh usaha lebih besar," ujar Ari dalam Seminar Poverty in Asia: A Deeper Look, Kamis (21/8).

Kemiskinan di Indonesia, menurutnya, menjadi fenomena pedesaan. Hal itu menjadikan kemiskinan semakin sulit diberantas karena Indonesia berbentuk kepulauan. Banyak daerah-daerah terpencil yang sulit diraih. Ia mengatakan, Indonesia memerlukan pendekatan yang komprehensif untuk meyakinkan agar setiap daerah mendapatkan bantuan penanggulangan kemiskinan yang merata.

Dalam lima tahun terakhir, Pemerintah telah berhasil mengentaskan 4,25 juta penduduk dari kemiskinan dengan bantuan sosial, seperti Bantuan Siswa Miskin (BSM), raskin, PNPM dan KUR. Bantuan sosial tersebut telah meningkatkan konsumsi mayarakat miskin. Namun, pengentasan kemiskinan tersebut menemukan beberapa kendala.

Ari mengatakan, tantangan yang utama adalah semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. "Butuh lebih dari bantuan sosial untuk menanganinya," ujarnya.

Masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan membutuhkan pekerjaan yang layak. Namun, program yang menyediakan akses pendapatan bagi masyarakat miskin belum berkembang. "Dalam hal ini, kebijakan penciptaan lapangan kerja formal tidak sesuai karena masih banyak yang tinggal di pedesaan dan belum berpendidikan," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement