Jumat 22 Aug 2014 19:07 WIB

Berkah Kemerdekaan dan Dakwah Islam (2)

Rapat Sarekat Islam di Kaliwungu, Jawa Tengah.
Foto: Wikipedia.org/ca
Rapat Sarekat Islam di Kaliwungu, Jawa Tengah.

Oleh: Tiar Anwar Bachtiar*     

Syekh Abdul Shamad al-Palimbani, seorang ulama terkenal asal Palembang yang menetap di Mak kah, pada abad ke-18, pernah berkirim surat kepada Hamengkubowono I dan kepada Pangeran Paku Alam, atau Mangkunegara.

Dalam suratnya kepada Mangkunegara, Syekh al-Palimbani menulis: ”Selanjutnya, Yang Mulia hendaknya selalu ingat akan ayat Alquran, bahwa sebuah kelompok kecil akan mampu mencapai kemenangan melawan kekuatan besar. Hendaklah Yang Mulia juga selalu ingat bahwa dalam Alquran dikatakan: ”Janganlah mengira bahwa mereka yang gugur dalam perang suci itu mati.” (QS al-Quran 2: 154, 3: 169)

Alasan panji-panji ini dikirimkan kepada Anda adalah bahwa kami di Makkah telah mendengar bahwa Yang Mulia, sebagai seorang pemimpin raja yang sejati, sangat ditakuti di medan perang. Hargailah dan manfaatkanlah, insya Allah, untuk menumpas musuh-musuh Anda dan semua orang kafir.” (dikutip dari buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, karya ProfDr Azyu mardi Azra, (Jakarta: Prenada Media, 2004).

Selama satu abad perlawanan meletus, giliran kemudian generasi Muslim berpendidikan “modern” lahir pada sekitar awal abad ke-20. Perlawanan fisik kini bermetamorfosis menjadi perlawanan yang lebih mengandalkan kekuatan ilmu.

Sejarah menyaksikan lahirnya Sarekat Islam (1911) yang memiliki gagasan-gagasan revolusioner untuk melepaskan rakyat Indonesia dari kungkungan Belanda. Organisasi yang didirikan HOS Cokroaminoto ini menjadi katalisator politik kepentingan-kepentingan rakyat Indonesia yang ingin segara bebas dari kesengsaraan akibat kolonialisme itu. Disusul kemudian dengan gerakan-gerakan lain yang turut melengkapi hadirnya SI.

Di Yogya lahir Muhammadiyah (1912). Di Bandung lahir Persatuan Islam (1923). Di Surabaya lahir Nahdlatul Ulama (1926). Di Sumatra lahir Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Persaudaraan Muslimin Indonesia (Permi).

Di beberapa tempat lain pun lahir gerakan-gerakan serupa. Walaupun aksentuasi berbeda-beda, namun semuanya memiliki cita-cita yang sama: bebaskan Indonesia dari Belanda!

*Peneliti INSISTS/Ketua Umum PP Persis

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Tahu gak? kalau ada program resmi yang bisa bantu modal usaha.

1 of 8
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.

(QS. Ali 'Imran ayat 118)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement