REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Jusuf Kalla yang selaku Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin, kembali menyinggung dua sifat yang tidak ada pada calon presiden nomor urut 01 Jokowi yakni nepotisme dan otoriter. Menurut JK, dua sifat tersebut tidak boleh dipunyai seorang pemimpin, karena menjadi cikal bakal jatuhnya pemimpin dan suatu negara.
JK mencontohkan Presiden kedua Soeharto yang jatuh karena sikapnya yang dinilai otoriter dalam setiap keputusannya. Selain itu, Soeharto juga dikenal membiarkan nepotisme terjadi dalam pemerintahannya.
"Bagaiamana dia (Soeharto) memerintah otoriter pokoknya keputusan dia yang berlaku, kedua nepotisme, anaknya menguasai monopoli banyak hal. Sehingga akhirnya jatuh," ujar JK saat hadir menjadi pembicara dalam Talkshow Kamis Kerja bertajuk Jokowi di Mata Jusuf Kalla, Kamis (21/3) petang.
Menurut JK, hal sebaliknya ditunjukkan Presiden Jokowi yang tidak pernah mencerminkan sikap nepotisme maupun otoriter. Ia mengatakan, itu dibuktikan dengan tidak ada anak-anak Jokowi yang berada dalam lingkaran pemerintahan.
"Anaknya yang tertua dagang martabak, bukan urusan pemerintah kan? (anak) kedua pisang goreng atau apalah, saya enggak tahu (namanya), itu juga tidak ada urusan dengan pemerintah kan," kata JK.
JK juga bercerita tentang sikap demokratis yang ditunjukkan Jokowi kepadanya dan jajaran Kabinet Kerja selama ini. Menurutnya, jika ada keputusan maupun kebijakan selalu didahului dengan rapat bersama.
Bahkan, JK mengungkap jumlah rapat sampai 240 kali setiap tahun. "Rapat 240 kali setahun, kira kira hari kerja itu 260, nah rapatnya 240, artinya ada rapat dua kali sehari. Karena itu, beliau tidak akan merusak bangsa ini dengan otoriter dan nepotisme," ujar JK.