Selasa 09 Apr 2019 15:18 WIB

Yenny Ajak Srikandi Pendukung Jokowi-Maruf Tebar Senyum

'Kami kelompok yang menyebarkan senyuman dan kedamaian, bukan ketakutan.'

Putri Presiden RI Keempat Zanubba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid (Yenny Wahid) menghadiri kampanye terbuka calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo di Taman Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (25/3).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Putri Presiden RI Keempat Zanubba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid (Yenny Wahid) menghadiri kampanye terbuka calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo di Taman Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (25/3).

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR -- Putri Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, mengajak komunitas Srikandi Indonesia dan masyarakat lain pendukung pasangan calon 01 Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin agar selalu menebar senyum untuk menjaga persatuan Indonesia. Menurut dia, senyum menjadi penting untuk membawa kebahagiaan pada pemilihan presiden (pilpres) 2019.

"Kami kelompok yang menyebarkan senyuman dan kedamaian, bukan ketakutan, hal ini, menjadi penting yang membawa kebahagian ini, yang akan memenangkan pada pilpres 2019," kata Yenny Wahid, disela acara Doa Bersama Srikandi Indonesia di De Tjolomadoe Karanganyar, Selasa (9/4).

Baca Juga

Yenny mengajak masyarakat mendatangi TPS pada 17 April mendatang dengan menebar senyuman, dan kebaikan bersama warga apapun pilihan mereka. Hal ini karena persatuan, guyub, dan rukun sesama warga paling penting untuk membangun bangsa ke depan.

Yenny tidak hanya berharap agar masyarakat tetap rukun dan guyub, melainkan semua pihak akan legawa menerima hasil Pilpres nanti ke depannya. Yenny ikut berpartisipasi menjadi peserta doa untuk menyejukan suhu yang sedang memanas ini.

"Saya berharap doa bersama ini, bisa membawa kesejukan, bermanfaat luar biasa bagi bangsa kita ke depannya nanti. Saya juga pendukung paslon 01, menginginkan agar Allah mengambulkan doa kita bersama. Paslon 01 diberikan kemenangan, dan Indonesia tetap aman," kata Yenny.

Yenny mengatakan ada tiga hal yang menarik hatinya mengapa mendukung Jokowi pada Pilpres 2019. Tiga hal tersebut pula yang mengingatkannya kepada almarhum bapaknya.

Pertama, Jokowi merupakan sosok yang sederhana dan tidak pernah aneh-aneh. Hal ini menarik karena negara Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang sederhana cara berpikirnya.

Cara berpikir ini, ia menerangkan, Jokowi mengetahui tugas seorang pemimpin adalah menghadirkan keadilan dan kesetaraan. Keadilan dan kesetaraan untuk rakyat agar mendapatkan akses hidup makmur dan sejahteraan.

Ia menambahkan keadilan untuk mendapatkan akses pendidikan sehingga masa depannya lebih cerah. Kesetaraan untuk apa, yakni mendapatkan rasa aman dari kesewenangan warga lainnya yang sering mengintimidasi atas nama agama.

Hal ini, kata dia, yang dicari pemimpin yang sederhana, dan tugasnya membawa kesejahteraan, keadilan, dan kesetaraan rakyatnya. Dia tidak pernah aneh-aneh.

Misalnya, ia mencontohkan, seorang putrinya tidak diterima sebagai pegawai negeri sipil, tidak masalah. Ini seorang pemimpin yang mementingkan bangsa di atas kepentingan dirinya.

Kedua, ia menyebutkan, Jokowi badannya kurus, tetapi dia seorang pemberani yang luar biasa. Dia malah dihujat antek asing, dan aseng.

Namun, Jokowi berani memberikan pesan kepada kekuatan asing bahwa tidak akan membiarkan kekuatan manapun untuk menaklukan kekuatan kedaulatan teritorial negara Indonesia. Contohnya, Jokowi pergi ke Pulau Natuna dengan naik kapal perang.

Kemudian, Jokowi tiba di Natuna hanya berwudhu. Lewat hal tersebut, ia mengatakan, dia memberikan pesan jangan mengganggu atas wilayah Indonesia akan berhadapan dengannya.

"Negara yang dihadapi negara besar yakni China. Pulau Natuna tidak boleh diotak-atik, ini pesan Jokowi. Masyarakat tidak mengerti soal ini, Jokowi orang pemberani tetapi dibilang penakut," katanya.

Ketiga, ia menyebutkan, Jokowi juga seorang pemimpin yang adil dan mensetarakan rakyat dari Sabang hingga Merauke. Jokowi menghadirkan keadilan dengan memastikan rakyat bisa sekolah dengan memberikan kartu Indonesia pintar, sehingga anak dari pedalaman yang tidak memiliki biaya sekolah sekarang mempunyai kesempatan bermimpi agar masa depannya lebih cerah.

Ia berpendapat, Kartu Indonesia Sehat juga dihadirkan sehingga semua warga negara mendapat hal sama untuk kesehatan. Negara hadir ketika rakyat menderita, negara melindungi ketika ada yang sedang merana.

Pada acar doa bersama juga dihadiri Ibunda Jokowi, Sudjiatmi Notomihardjo, Ustadz Yusuf Mansyur, sejumlah kiai, pimpinan Pondok Pesantren Solo Raya, dan ribuan orang Komunitas Srikandi Indonesia. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement