REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di SPBU-SPBU di wilayah Cirebon, Jawa Barat, membuat angkutan kota (angkot) sulit beroperasi. Organda Cirebon pun memprotes kebijakan pembatasan penjualan BBM tersebut.
''Sopir angkot susah sekali dapat BBM, mereka harus antri berjam-jam di SPBU,'' ujar Sekretaris Organda Cirebon, Karsono, Ahad (24/8).
Karsono menyebutkan, angkot yang masih beroperasi hanya tinggal sekitar sepuluh persen dari kondisi normal. Sisanya, tak bisa beroperasi karena angkot mereka tidak ada bensinnya.
Karsono menambahkan, untuk beralih ke Pertamax, para sopir angkot keberatan. Pasalnya, ongkos penumpang tidak bisa dinaikkan sepihak.
Karsono berharap, pemerintah khususnya Pertamina mencabut kebijakan pembatasan pembelian BBM. Pasalnya, kebijakan itu membuat masyarakat jadi sengsara.
Tidak beroperasinya angkot bisa dilihat dari sepinya beberapa ruas jalan di wilayah Cirebon dari lalu lalang angkot. Jikapun ada angkot yang beroperasi, maka pasti sudah dipenuhi penumpang.
Kondisi itu bahkan membuat sejumlah siswa sekolah di Kabupaten Cirebon terpaksa bolos sekolah. Mereka tidak kebagian angkot yang mengantar mereka sekolah.
''Saya sejak pagi menunggu mobil angkot, tapi angkot jarang yang lewat. Kalaupun ada, sudah penuh penumpangnya,'' tutur Rahmat, seorang siswa SMKN 1 Cirebon, saat ditemui di Perempatan Tegalwangi, Sabtu (23/8).
Hal serupa dialami seorang warga Perumnas Kota Cirebon, Firdaus (53). Dia mengaku tidak bisa pergi kemana-mana karena angkot yang biasanya lewat 24 jam di depan rumahnya, kini menghilang. ''Saya sudah menunggu hampir dua jam, tapi tidak ada satupun angkot yang lewat,'' tandas Firdaus.