Selasa 26 Aug 2014 11:33 WIB

Tifatul Sembiring tak Percaya Koalisi Bentukan Prabowo

Rep: M Akbar Wijaya/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring.
Foto: Antara
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring mengatakan dirinya tidak percaya ada koalisi politik yang bersifat permanen. Pasalnya, konstelasi politik selalu bersifat dinamin berdasarkan kepentingan tiap-tiap pihak yang terlibat.

"Saya pribadi tidak percaya dengan koalisi permanen. Karena politik berubah-ubah," kata Tifatul kepada wartawan di sela acara Global Media Forum, Nusa Dua Bali, Selasa (26/8).

Tifatul menceritakan, pengalaman koalisi yang dibangun pada saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih sebagai presiden. Ketika itu, kata Tifatul, partai-partai yang mendukung SBY berkomitmen membangun koalisi yang kuat untuk menjaga stabilitas pemerintahan.

Nyatanya, komitmen itu buyar di tengah dan akhir masa jabatan SBY sebagai presiden. "Dahulu juga dengan Pak SBY ada koalisi permanen, tapi diakhir jabatan Pak SBY berubah lagi," ujar Tifatul.

Mantan presiden PKS tersebut tidak menjawab secara tegas saat ditanya wartawan apakah PKS lebih baik mendukung pemerintahan Jokowi. Tifatul hanya menjawab PKS sebaiknya tidak bersikap terlalu keras dengan partai-partai yang mendukung pemerintahan Jokowi.

Sebab menurutnya bukan tidak mungkin PKS akan berkoalisi dengan partai-partai tersebut di sejumlah pilkada. "Siapa tau kita ada koalisi di daerah dengan partai yang mengusung Pak Jokowi. Jangan terlalu serius lah," kata Tifatul.

Dia berharap, berbagai friksi yang terjadi selama pilpres bisa segera diakhiri. Menurutnya para elite politik harus bersatu untuk membangun negeri. "Kami himbau kembali bersatu. Yang menang jangan juga ngeledekin yang kalah. Negeri ini tidak bisa dibangun sendiri," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, Prabowo Subianto membentuk koalisi permanen yang terdiri Partai Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP, dan PBB.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement