REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Amerika Serikat kembali menyalurkan bantuan kemanusiaan terhadap warga Amerli yang dikepung oleh ISIS. Menurut Pentagon, sekitar 15 ribu warga minoritas Syiah Turki di Amerli telah dikepung selama dua bulan.
BBC melaporkan, AS juga melakukan serangan udaranya terhadap para militan ISIS. Pasukan militer Irak, milisi Syiah, dan militer Kurdi selama ini telah berupaya membuka kepungan ISIS terhadap Amerli.
Dari wilayah selatan, pasukan Irak dan milisi Syiah berupaya masuk ke bukit Marin yang dapat mengawasi dataran Amirli. Menurut Laksamana John Kirby, penyaluran bantuan kemanusiaan juga dilakukan oleh pesawat Inggris, Australia, dan Prancis. Mereka bergabung dengan pesawat AS menyalurkan bantuan makanan, air, dan kebutuhan medis.
Lanjutnya, operasi ini dilakukan dalam waktu dan wilayah yang terbatas serta untuk melindungi warga sipil Amerli. PBB pun menyatakan kekhawatirannya bahwa ISIS akan membantai warga Amerli jika dapat menerobos pertahanan di kota tersebut
Sebelumnya, AS juga telah melancarkan serangan udara terbarunya terhadap ISIS di dekat bendungan utama Mosul. Dalam pernyataannya, militer AS mengatakan sebuah kendaraan bersenjata, lokasi para militan, dan senjatanya telah dihancurkan.
Lanjutnya, serangan ini dilakukan guna mendukung operasi yang dilakukan oleh pasukan keamanan Irak di dekat bendungan strategis di utara negara tersebut. Kelompok radikal ini dilaporkan telah melakukan pembantaian di wilayah yang dikuasainya di Irak dan Suriah. Mereka juga menilai warga Syiah Turki sebagai telah murtad.
Sementara itu, di Suriah, ratusan wanita Yazidi dilaporkan telah dijual dan dijadikan sebagai istri para militan di Suriah. Para wanita yang telah diculik oleh ISIS dalam serangannya di Irak beberapa akhir ini disebut telah dibawa ke Suriah setelah dipaksa menganut agama Islam. Menurut kelompok Syrian Observatory for Human Rights, sekitar 27 wanita telah dijual ke anggota ISIS untuk dinikahi.