REPUBLIKA.CO.ID, MAHAKAM ULU – Suasana Kampung Lutan, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Mahakam, Kalimatan Timur tampak berbeda sore itu. Jalanan setapak yang membelah kampung dijubeli warga beragam usia yang berbondong-bondong menuju Masjid Muhajirin.
Muhajirin adalah masjid terbesar dan satu-satunya di kampung yang dihuni mayoritas Suku Dayak Bahau dan Bakumpai tersebut. Dari 117 kepala keluarga (KK) di Lutan, sekitar 30 persen yang beragama Islam, sebagian besar adalah pemeluk Katolik.
Malam itu akan digelar pengajian umum dan temu mualaf di Masjid Muhajirin. Tausiah akan disampaikan oleh KH Arief Heri Setyawan, pengasuh Pondok Pesantren Assalam Arya Kemuning, Barong Tongkok, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Kehadiran KH Arief di Lutan merupakan bagian dari serangkaian safari dakwah yang ia canangkan menjelang Ramadhan 1435 H lalu.
Menjelang Maghrib, Masjid Muhajirin dipadati puluhan warga Muslim Kampung Lutan, mulai bocah hingga lansia. Selain warga asli Dayak, penduduk kampung ini juga dihuni pendatang Suku Bugis, Jawa, dan Banjar. Sebagian di antara jamaah yang hadir adalah mualaf Dayak Bakumpai.
Usai shalat berjamaah, KH Arief langsung memberikan tausiah tentang tauhid, pendidikan anak, dan pentingnya mengamalkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. “Nikmat iman dan Islam yang dianugerahkan Allah SWT ini harus kita jaga hingga ajal menjemput,” pesannya.
Terkait dengan pendidikan anak, Arief menekankan pentingnya mendidik anak dengan pendidikan Islam agar menjadi anak yang saleh dan salehah. Sebab, kata dia, anak saleh dan salehah adalah salah satu pembuka pintu surga. “Pendidikan Islam ini harus sedini mungkin kita tanamkan pada anak cucu kita. Sebab, mereka adalah modal kita untuk meraih surga.”
Para hadirin tampak manggut-manggut mendengarkan uraian KH Arief. Usai ceramah, dai yang telah mengislamkan 900-an warga Dayak itu menggelar dialog dengan warga. Menurutnya, dialog ini penting dalam dakwah. Dengan demikian, sang dai dapat menyerap aspirasi umat untuk kemudian memberikan solusi.