Jumat 12 Sep 2014 07:34 WIB

Menanti Dai Perekat Umat (3-habis)

Pengasuh Pondok Pesantren Assalam Arya Kemuning KH Arief Heri Setyawan.
Foto: Republika/Chairul Akhmad
Pengasuh Pondok Pesantren Assalam Arya Kemuning KH Arief Heri Setyawan.

REPUBLIKA.CO.ID, MAHAKAM ULU – KH Arief Heri Setyawan—Pengasuh Pondok Pesantren Assalam Arya Kemuning, Barong Tongkok, Kutai Barat, Kalimantan Timur—dapat memahami kegundahan warga Kampung Lutan yang diwakili Johansyah.

Ia pun berjanji akan mengirimkan tenaga dai yang lebih toleran, mampu berdakwah dengan hikmah dan ‘mauidzah khazanah’ (nasihat yang baik) serta dapat menghormati tradisi-tradisi lokal setempat.

“Dakwah itu tidak bisa dilakukan dengan cara-cara “keras”. Namun, harus dengan santun dan menghargai budaya lokal. Dalam melakukan perubahan hendaknya dilakukan secara perlahan, bukan radikal,” kata Arief.

Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini adalah dai yang dapat menjadi perekat, bukan pemecah belah umat. “Kita tidak bisa serta merta melabeli kegiatan keagamaan warga dengan cap bid’ah dan haram. Mengubah pola pikir dan tradisi umat itu harus bertahap. Kita harus bersabar dan menunggu sampai keimanan mereka kuat,” ujarnya.

Jika iman sudah tertancap mendalam di dalam dada, maka umat akan mudah diberi pengertian tentang mana yang bid’ah, haram atau halal. “Ini adalah tantangan dakwah kita saat ini. Dan harus kita ubah metodenya,” kata Arief.

Dai yang telah mengislamkan 900-an warga Dayak juga menawarkan kepada warga Kampung Lutan agar mau menyekolahkan anak mereka di pesantren yang ia pimpin. Belajar di Pesantren Assalam tidak dipungut biaya alias gratis. Bahkan, jika sang anak berprestasi, tidak menutup kemungkinan akan disekolahkan hingga ke luar negeri.

Menurut Arief, jika ada kader dari Lutan yang mau dididik dan disekolahkan di Assalam, maka satu tantangan dakwah terselesaikan. Kader-kader inilah yang kelak melanjutkan dakwah Islam di Kampung Lutan maupun daerah sekitarnya, bahkan di seluruh pelosok Kalimantan.

Usai mendengar tausiah dan penjelasan KH Arief tentang kiprah Pesantren Assalam, ada sebagian warga yang tertarik untuk menyekolahkan anaknya di sana. Apalagi setelah mengetahui jika sekolah di pesantren tersebut tidak dipungut biaya.

KH Arief berharap, para kader dakwah dari Lutan ini nantinya dapat menyebarkan Islam yang damai, toleran, dan rahmatan lil alamin. “Semoga nanti mereka menjadi mujahid dakwah sekaligus perekat umat,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement