REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO-- Pemerintah Suriah dan sekutu dekatnya Rusia dan Iran memperingatkan rencana Barack Obama yang akan menyerang ISIS di Suriah. Mereka menyatakan serangan ISIS di Suriah melanggar hukum internasional.
"Yang disebut koalisi internasional untuk melawan ISIS penuh dengan ambigu dan terdapat keraguan tekad melawan akar penyebab terorisme," kata menteri luar negeri Iran.
Sedangkan, Rusia mengatakan tidak akan mendukung tindakan militer apapun tanpa adanya resolusi PBB yang mengesahkannya. Presiden AS telah berbicara langsung tentang kemungkinan serangan oleh pasukan militer AS melawan ISIS di Suriah tanpa adanya izin dari pemerintah yang sah.
"Langkah ini akan menjadi tindakan agresi melanggar hukum internasional," tambahnya.
Sedangkan, Cina mengatakan dunia harus melawan teror tetapi kedaulatan nasional harus dihormati. Di Damaskus, pemerintah Assad juga memperingatkan serangan AS. Tindakan apapun yang dilakukan tanpa izin dari pemerintah Suriah akan dianggap sebagai serangan di Suriah.
Para pengamat pun meyakini Assad akan mengabaikan serangan terhadap ISIS, dan bahkan akan berusaha bekerjasama dengan Barat secara diam-diam. Dalam sebuah pertemuan bersama Staffan de Mistura, wakil khusus PBB untuk Suriah, Assad menekankan komitmennya melawan tindakan terorisme.
"Selama serangan udara hanya ditargetkan pada ISIS, mereka hanya akan mengecamnya sebagai tindakan melanggar hukum internasional. Tetapi mereka tidak akan menganggapnya sebagai agresi yang perlu dibalas," kata mantan diplomat Suriah, Jihad Makdissi.
Sementara itu, dilansir dari The Guardian, kelompok oposisi Suriah menyambut pernyataan Obama dan meminta pengiriman senjata berat untuk memerangi ISIS dan pemerintah Bashar al-Assad. Di Reyhanli, perbatasan Turki dan Suriah, juru bicara Free Syrian Army mengatakan pasukan moderat anti-Assad benar-benar membutuhkan peralatan militer anti-tank dan misil anti-pesawat.
Obama telah mengungkapkan rencananya melawan kelompok radikal ISIS. Ia pun akan menyerang kelompok tersebut dimanapun mereka berada, termasuk di Suriah. Berdasarkan jajak pendapat AS, dukungan terhadap tindakan militer semakin meningkat sejak ISIS melakukan pembantaian dan pembunuhan terhadap dua jurnalis AS.
Arab Saudi beserta sembilan negara Arab lainnya pun bersatu memberikan dukungannya terhadap langkah AS menghancurkan ISIS. Mereka sepakat untuk menghentikan aliran dana, perekrutan anggota ISIS, dan menghentikan penyebaran ideologi kelompok radikal tersebut. Selain itu, mereka juga mendukung pemerintahan baru di Baghdad yang dianggap sangat penting untuk mengalahkan ISIS.