Sabtu 13 Sep 2014 13:07 WIB

Perludem: Mau Pilkada Langsung Atau DPRD, Politik Uang Tetap Ada

Rep: C62/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Pasangan calon walikota/wakil walikota Mawardy Nurdin dan Hj Illiza Sa'aduddin Djamal memperlihatkan jarinya usai memberikan suara dalam Pilkada Aceh periode 2012-2017.
Foto: Irwansyah Putra/Republika
Pasangan calon walikota/wakil walikota Mawardy Nurdin dan Hj Illiza Sa'aduddin Djamal memperlihatkan jarinya usai memberikan suara dalam Pilkada Aceh periode 2012-2017.

REPUBLIKA.CO.ID,AKARTA-Sistem pemilihan kepala daerah langsung atau di DPRD  tidak akan merubah perilaku korup para wakil rakyat yang duduk di parlemen. Namun pengalaman membuktikan, pemilihan kepala daerah melalui parlemen menimbulkan praktik lobi dan mengarah pada korupsi.

"Sebenarnya sama saja pilkada langsung atau lewat DPRD praktik korupsi pasti terjadi," kata Direktur Perludem Didik Supriyanto saat menyampaikan pendapatnya setelah acara diskusi dengan tema Pilkada: Antara Demokrasi Liberal dan Demokrasi Pancasila (13/10).

Baca Juga

Didik mengatakan, pilkada langsung dan pilkada dipilih DPRD sering kali terjadi korupsi.  Karena ponakan Didik di Pekalongan yang mencalonkan diri menjadi Bupati mendapat perminta uang dari parlemennya.

"Padahal masih tahun depan pemilihannya, udah ditawarin buat bayar tiketnya," katanya. Menurut Didik, uang yang diminta dari calon kepala daerah yang akan dipilih DPRD, setiap tahun jumlahnya terus meningkat.

Tentunya uang yang diminta dari calon kepala daerah yang akan dipilih DPRD tidak sedikit. "Setahun baru akan pemilihan calon udah dilobi diminta Rp 3,5 miliar. Nilainya itu akan terus berubah," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement