REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Petinggi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diharapkan dapat menuntaskan konflik di internal. Karena pertikaian itu malah dapat merusak kepercayaan umat Islam.
"Konflik itu dapat menghilangkan citra PPP sebagai tempat bernaung umat Islam," kata pengamat politik Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatra Utara, Ansari Yamamah di Medan, Sabtu (13/9).
Selama ini, kata Ansari, PPP telah mendeklarasikan diri sebagai rumah besar umat Islam. Karenanya, partai itu kembali mendapatkan kepercayaan sebagai penyalur aspirasi masyarakat.
Namun konflik yang terjadi antara dua kubu dalam PPP belakangan ini dapat menghilangkan citra positif terhadap parpol Kabah tersebut.
Dengan adanya klaim saling pecat dan tudingan mengeluarkan keputusan ilegal antarpetinggi PPP, muncul indikasi adanya dua kepemimpinan dalam parpol berasaskan Islam itu.
Dalam Islam, tidak dikenal adanya dua kepemimpinan dalam sebuah rumah. "Kalau ada dua kepemimpinan, berarti rumah itu tidak islami lagi," katanya.
Selain itu, kata dia, Islam juga selalu mengajarkan upaya musyawarah untuk menyelesaikan konflik. Karena tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.
Dalam Islam, tidak dikenal adanya pemaksaan kehendak. Juga tidak ada masalah yang tidak dapat dirundingkan kecuali mengenai keesaan Allah SWT.
Jika terus larut dalam konflik dan tidak mengutamakan upaya musyawarah, dikhawatirkan bisa menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan PPP sebagai rumah besar umat Islam.
Tidak tertutup kemungkinan umat Islam justru akan meninggalkan PPP. Karena tidak mampu membuktikan sebagai rumah yang dapat memberikan pengayongan.
"Kalau petinggi PPP terus bertengkar, bagaimana bisa mengklaim sebagai rumah besar umat. Tidak ada orang mau masuk dalam rumah yang penuh dengan konflik," kata Ansari.