Senin 15 Sep 2014 13:07 WIB

Duh, Demi Sapi, Peternak Rela Mandi Sekali

Rep: edy setiyoko/ Red: Damanhuri Zuhri
Seorang peternak memerah susu sapi di sebuah peternakan di Jakarta, Rabu (17/4).   (Republika/Aditya Pradana Putra)
Seorang peternak memerah susu sapi di sebuah peternakan di Jakarta, Rabu (17/4). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Suparman (50) kini jarang mandi. Soal urusan mandi, memasuki musim kamarau tahun ini, boleh dibilang kalah dengan hewan piaraan.

Warga desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali ini, hanya mandi sekali. Sedang empat ekor sapi piaraanya, dimandikan dua kali sehari.

Suparman harus mengalah. Dalam aktivitas seharian, ia sepertinya tak butuh penampilan bugar, layaknya seorang pegawai atau karyawan pabrik.

''Niat mandi sekali ini, semata-mata demi menyelamatkan produksi susu sapi perah kami,'' kata Suparman berkilah, Senin (15/9).

Memasuki musim kamarau, seperti saat ini, harga air sungguh mahal. Ia terpaksa membeli air dari tangki truk untuk memenuhi kebutuhan hewan ternak.

Dan, hampir setiap hari harus merogoh kantong untuk membeli air. Baik untuk kebutuhan minum, makan komboran, maupun mandi, hewan ternak. Satu tangki air isi 6.000 liter seharga Rp 120 ribu.

Guna menghemat air yang dibelinya, Suparman rela mandi sekali sehari. Sebelumnya, ia terbiasa mandi dua-tiga kali sehari.

''Satu tangki air habis dalam waktu tiga empat-hari. Guna menghemat penggunaan air, saya mengalah mandi sekali sehari. Malah, kadang tak mandi sama sekali,'' katanya polos.

Hal serupa, ungkap Suparman, dilakukan anggota keluarga maupun sesama peternak sapi perah lainnya yang tinggal di kaki Gunung Merapi sisi utara.

Menurut Sutarno (45), peternak sapi perah lain, setiap hari setiap ekor sapi membutuhkan air minum 60 liter. Kebutuhan minimal tersebut, harus terpenuhi agar produksi susu tidak menurun.

Untuk sapi perah di Kabupaten Boyolali, rata-rata produksi susu antara 10-15 liter. Selain itu, untuk menjaga produksi susu, peternak memberi ransum suplemen hijauan yang cukup.

Peternak berhati-hati dan tidak memberikan pakan hijauan yang berdebu. Soalnya, musim kemarau ini, pakan hijauan yang diambil dari ladang rawan kena debu.

''Rumput hijauan yang berdebu harus dibersihkan dengan air, atau dikibaskan-kibaskan agar debunya hilang. Debu yang menempel pada pakan bisa berdampak pada gangguan pencernaan sapi,'' katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement