REPUBLIKA.CO.ID, AMBON-- Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran dapat menyebabkan meningkatnya peredaran dan penyalahgunaan narkoba, kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Maluku Benny Pattiasina, di Ambon, Selasa.
"Secara nasional kondisi saat ini yang tergambarkan adalah meningkatnya peredaran dan penyalahgunaan narkoba juga disebabkan oleh tingginya angka kemiskinan dan pengangguran yang berbanding lurus dengan rendahnya tingkat pendidikan," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, fenomena dalam kasus peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang dapat menyebabkan kerugian sosial dan ekonomi bisa saja terjadi di berbagai lapisan masyarakat tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, usia maupun tingkat pendidikan.
Pengangguran dan tingkat kemiskinan yang tinggi membuat orang gampang tergiur untuk mendapatkan uang banyak dengan cara mudah, salah satunya dengan menjadi pengedar narkoba. Tapi semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang juga membuatnya bisa dengan gampang mendapatkan narkoba.
Oleh karena itu, lanjut Benny, strategi yang sedang dijalankan oleh BNN secara nasional adalah dengan mendorong berbagai lapisan masyarakat untuk turut berperan serta dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan, Perdagangan Gelap Narkoba (P4GN) sehingga dengan sendirinya masyarakat menjadi imun terhadap narkoba. Para korban penyalahgunaan narkoba juga tidak lagi dihukum penjara melainkan direhabilitasi.
"Yang diberantas adalah jaringan dan pengedar narkoba, tapi korbannya diselamatkan, itulah mengapa tahun 2014 telah dicanangkan sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, berdasarkan hasil survei Pusat Penelitian Kesehatan (PUSLITKES) Universitas Indonesia (UI), angka angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Maluku saat ini sudah mencapai 1,9 persen dari total populasi penduduk sebanyak 1,8 juta jiwa.
"Survei pada 2008 menunjukan 9,9 persen pelajar dan mahasiswa pernah menggunakan narkoba, 6,0 persen pernah menggunakan narkoba, ini menyebabkan Maluku berada pada urutan kedua secara nasional," katanya.