REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi ikan di tempat pengolahan ikan tradisional Muara Angke menurun hingga 50 persen, akibat pembatasan solar bersubsidi oleh Pertamina sejak 4 Agustus 2014 lalu.
"Biasanya nelayan bisa memproduksi ikan sebanyak 20 ton per bulannya, namun sekarang hanya 10 ton," kata Kepala Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke, Dinta di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, produksi ikan menjadi turun akibat kapal para nelayan yang belum bisa melaut.
"Mereka juga harus rela antre berhari-hari untuk mendapatkan solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBBN), Muara Angke," kata Dinta yang telah menjabat sebagai Ketua PHPT Muara Angke sejak 2006.
Ia berharap penyaluran solar bersubsdi lancar kembali sehingga produksi ikan meningkat kembali.
Ia juga menambahkan, tempat pengolahan ikan tradisional di Muara Angke merupakan milik pemerintah yang disewakan kepada para pengelola ikan tradisional.
"Di sini biaya sewa Rp 75.000 per unit untuk sebulan," katanya.
Tempat pengolahan ikan tradisional Muara Angke mempunyai 200 unit tempat pengolahan ikan dengan 193 pengelola.