REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pakar Gizi Masyarakat dari Rumah Sakit M. Djamil Padang, Rifza, SST. M.Biomed Ahli Gizi, menyebutkan diperlukan sosialisasi yang intensif dalam mengubah kebiasaan masyarakat dari mengkonsumsi beras ke pangan alternatif.
"Mengubah pola makan masyarakat tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun perlu sosialisasi secara terus menerus oleh pemerintah agar program diversifikasi pangan ini bisa terealisasikan," katanya di Padang, Sabtu (20/9).
Ia menyebutkan bahan pangan seperti umbi-umbian, gandum dan jagung memiliki kandungan karbohidrat yang tidak jauh beda dengan beras bisa menjadi bahan pangan alternatif.
"Takarannya saja yang dibedakan. Misalnya 100 gram nasi, sama dengan 170 gram ketela pohon (ubi kayu). Atau bisa juga diganti dengan ubi jalar dengan takaran 130 gram dan 120 gram gandum," katanya.
Jadi, lanjutnya, sumber karbohidrat tidak hanya nasi, makanan-makanan seperti umbi-umbian juga karbohidrat yang bisa mengenyangkan perut. Jenis karbohidrat lain ini juga memiliki asupan gizi yang cukup bagi kebutuhan tubuh manusia.
"'Mindset' ini yang harus diubah, agar lauk pauk juga dibiasakan untuk dimakan dengan makanan jenis karbohidrat selain nasi. Jangan malah hanya sekedar menjadi cemilan saja, karena kalori yang dihasilkan juga tidak berbeda dengan nasi," katanya.
Ia mengatakan tubuh manusia dipastikannya tidak akan kekurangan asupan karbohidrat jika memakan umbi-umbian, gandum dan jagung.
"Mulailah dari hal terkecil. Sarapan yang biasanya dengan menu nasi goreng diubah dengan panganan berbahan dasar ubi, gandum dan jagung. Nantinya bisa diterapkan secara bertahap dan terus-menerus untuk makan siang dan malam. Jadwalnya harus diatur dan rutin dilakukan sehingga menjadi kebiasaan. Mulailah dari anak sebagai generasi pelanjut masa depan," terangnya.