REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Nigeria Goodluck Jonathan, Rabu, mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa pihak berwenang masih bekerja untuk membebaskan sekitar 200 anak perempuan yang diculik dari sekolah oleh milisi Boko Haram pada bulan April.
Jonathan telah dikritik di dalam negeri maupun di luar negeri karena reaksinya yang lamban untuk mengatasi kasus penculikan di kawasan timur laut pedesaan dan atas ketidakmampuannya untuk memadamkan aksi kekerasan oleh kelompok milisi Islam, yang namanya berarti "pendidikan Barat dilarang."
"Meski telah lebih dari tiga bulan mereka diculik, kami tidak pernah menyerah dalam upaya untuk membebaskan mereka," kata Jonathan di hadapan majelis yang beranggotakan 193 negara itu.
"Bersama dengan mitra kami, kami bekerja tekun untuk membebaskan anak-anak perempuan kami dan menyatukan kembali mereka dengan keluarga mereka," katanya.
"Kami tidak akan menyerah sampai kami mengakhiri perang pada orang yang tidak bersalah ini dan membawa semua pelaku ke pengadilan."
Sebuah operasi militer intensif untuk melawan Boko Haram yang telah dilakukan selama setahun terakhir sejauh ini gagal untuk menumpas pemberontak, yang berjuang untuk membentuk sebuah negara Islam di Nigeria utara yang mayoritas Muslim dan telah menewaskan ribuan orang sejak tahun 2009.
Kasus penculikan anak perempuan menarik perhatian global, terutama setelah munculnya kampanye di jejaring sosial Twitter #BringBackOurGirls yang menyertakan sejumlah selebriti termasuk Michelle Obama dan Angelina Jolie.