Jumat 26 Sep 2014 17:00 WIB

Xinjiang Membara, Korban Tewas Kerusuhan Capai 50 Orang

Rep: Dessy Suciati Putri/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Armed Chinese paramilitary policemen march past the site of the explosion outside the Urumqi South Railway Station in Urumqi, Xinjiang Uygur Autonomous Region, in May this year. (File)
Foto: AP/Ng Han Guan
Armed Chinese paramilitary policemen march past the site of the explosion outside the Urumqi South Railway Station in Urumqi, Xinjiang Uygur Autonomous Region, in May this year. (File)

REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG -- Sebuah serangan kembali terjadi pada Ahad di Xinjiang. Akibat serangan ini, jumlah korban tewas dilaporkan mencapai 50 orang.

Awal pekan ini, media milik pemerintah melaporkan insiden ini terjadi di wilayah Luntai. Namun, jumlah korban tewas hanya tercatat dua orang. Kemudian pada Kamis, sebuah portal berita melaporkan jumlah korban bertambah.

Sebanyak 40 pelaku kerusuhan berdasar versi pemerintah, enam warga sipil, dan empat aparat kepolisian telah tewas. Dalam beberapa bulan ini, kekerasan semakin meningkat di Xinjiang. Wilayah ini merupakan rumah bagi minoritas Muslim Uighur yang bersitegang dengan kelompok Cina Han.

Menurut portal berita Tianshan, seperti dilansir dari BBC, ledakan terjadi sekitar pukul 17.00 pada Ahad di dua kantor polisi, sebuah pasar terbuka, dan pintu gerbang perbelanjaan. Lanjutnya, para pelaku melakukan aksi bom bunuh diri dan tewas ditembak oleh aparat kepolisian.

Sebanyak 54 warga sipil dilaporkan terluka dan dua perusuh pun ditahan. Tianshan menyebutkan pelaku utama adalah Mamat Tursun. Ia disebut-sebut telah tergabung dalam tindakan ekstrim sejak 2003.

Untuk melakukan konfirmasi laporan ini sangatlah sulit. Pasalnya, pemerintah memberikan akses yang sangat terbatas. Pemerintah Cina menyebut pelaku peledakan insiden ini terinspirasi oleh ekstirmis Uighur dan didukung oleh kelompok teroris di luar negeri.

Para aktivis Uighur mengatakan aturan Cina yang sangat menekan menuai banyak kecaman dan kemarahan serta kekerasan sering terjadi di dalam komunitas lokal. Serangan terhadap warga sipil di Kunming dan Urumqi pun juga dilaporkan terorganisir dan menyebabkan puluhan warga tewas.

Insiden lainnya dilaporkan juga terjadi. Pada Juli, kekerasan mengakibatkan 96 warga tewas di Xinjiang. Menurut media pemerintahan, insiden ini merupakan serangan teroris, namun sejumlah aktivis menyebutkan polisi telah menembaki warga yang melakukan aksi protes terhadap tindakan keras yang dilakukan kepada umat Muslim.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement