REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Bervariasinya metode pembayaran elektronik, kini, tengah menghambat laju pertumbuhan ATM. Namun para peneliti di bidang industri keuangan menyebut, kehadiran uang tunai belum akan sirna.
Direktur Penelitian Global di perusahaan jasa keuangan ‘RFi’, Alex Boorman, mengatakan, lebih banyak orang kini menggunakan ‘internet banking’ dan berbagai layanan kartu seperti ‘payWave’, yang dengan mudahnya membuat para konsumen hanya menempelkan kartu, bukannya menggunakan alat pembayaran lain.
“Tak terelakkan lagi, para konsumen akan lebih jarang menggunakan uang tunai," jelasnya baru-baru ini.
"Saya tak berpikir kita segera menuju masa di mana para konsumen berhenti menggunakan uang tunai secara total. Mereka lebih jarang menggunakan ATM dan itu karena beberapa transaksi di mana mereka sebelumnya menggunakan uang tunai, kini menggunakan kartu,” jelas Alex.
Ia menuturkan, dirinya berharap agar bank mengurangi investasi pada ATM, tapi tetap melakukannya di bidang yang memiliki lalu lintas padat.
“Saya pikir bank tak akan terus berinvestasi pada jaringan ATM sebanyak saat ini jika para konsumen lebih jarang menggunakannya," katanya.
"Kita akan lihat bank berpikir kembali mengenai di mana mereka melakukan investasi. Mereka menaruhnya di bidang yang memiliki lalu lintas lebih padat, yang cenderung lebih banyak digunakan,” ungkap Alex.
Ia berujar, uang tunai masih berguna bagi banyak orang untuk melakukan transaksi berjumlah kecil di peritel yang tak menawarkan metode pembayaran lain.
“Banyak konsumen masih memandang uang tunai sebagai cara yang nyaman untuk membayar. Mereka mengambil sejumlah uang tunai di awal minggu, dan begitulah cara mereka mengatur keuangan,” sebutnya.
Tren berikutnya
Alex mengatakan, pembayaran melalui ponsel akan menjadi tren besar selanjutnya dari perilaku konsumen.
“Kita akan melihat pembayaran lewat kartu tergusur oleh ponsel, dalam waktu yang tak terlalu lama lagi,” utaranya.
Beberapa peritel besar mulai mengenalkan label elektronik yang bisa ditempelkan ke ponsel para konsumen, sehingga mereka bisa menggunakan ponsel untuk melakukan pembayaran.
Marcus Barber dari ‘Centre for Australian Foresight’ mengatakan, ada perbedaan yang unik antara metode pembayaran yang disukai kaum muda dengan kaum tua Australia.
“Para pengguna senior, yang sangat terbiasa pergi ke bank, mereka lebih suka bertatap muka dan adanya elemen kepercayaan, kondisi di mana mereka bisa melihat seseorang di balik konter," jelasnya.
"Sementara yang lebih muda, mereka berpandangan ‘ya, saya gesek saja kartu saya dan lanjut beraktifitas’. Jadi ini adalah dua pasar yang berbeda yang harus dilayani,” tambah Barber.
Marcus setuju bahwa penggunaan ATM akan terus turun dan mesin ATM memiliki sejumlah masalah seperti perampokan, penggunaan alat penyaring, biaya untuk mengisi mesin dengan uang tunai secara reguler, dan sejumlah masalah pemeliharaan lainnya.
Ia mengatakan, metode pembayaran elektronik memunculkan isu biaya bagi para peritel, yang akhirnya membuat mereka tetap mempertahankan pembayaran lewat uang tunai saja, namun Marcus berpendapat bahwa hal itu bisa saja berubah seiring berjalannya waktu.
“Apa yang anda lihat nanti adalah biaya dari teknologi itu akan turun dan para konsumen akan merasa lebih nyaman menggunakan metode non-uang tunai,” rincinya.