REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pelatih Arsenal, Arsene Wenger mengaku persaingan Liga Champions satu dekati terakhir sudah semakin sulit bagi klubnya. Selain itu, pelatih asal Prancis ini menyatakan perebutan si kuping lebar seperti sudah dimonopoli.
Sebab hanya segelintar klub yang berhak menjadi juara di ujung kejuaraan dan the Gunners tidak termasuk di dalamnya. Tepat 18 tahun lalu Wenger memulai debutnya bersama klub asal London itu. Selama itu pula manajer asal perancis selalu membawa klubnya ke Liga Champions.
Meski lebih dari sepuluh kali edisi Liga Champions diikutinya, dia tak pernah sekalipun menggondol si kuping lebar. Prestasi terbaiknya, hanya sebagai finalis di tahun 2006 silam.
Padahal menurut Wenger, sejauh ini the Gunners memiliki kekuatan yang pantas untuk menjadi pemenang, mulai era Dennis Bergkamp, Henry hingga saat ini. Namun, ia merasa heran tim sangat kesulitan untuk menembus final di ajang paling bergengsi di benua biru itu.
“Dalam perjalanan Liga Champions, 15 tahun lalu peluang juara sangat terbuka bagi klub manapun, tak terkecuali klub asuhannya. Setelah itu peluang juara seperti sudah ditentukan, sangat mudah diprediksi, imbas adanya monopoli di Liga Champions,” sesal Wenger dikutip dari Daily Mail, Rabu (1/9).
Keberadaan monopoli di Liga champions, kata Wenger, akibat dari kegemaran klub-klub besar membeli pemain kelas dunia. Sehingga dengan terkonsentrasinya pemain berkualitas tinggi di segelintar klub, membuat mereka mendominasi Liga champions. Sedangkan klub dengan dana terbatas hanya sebagai penghias belaka.
Pernyataan tersebut bukan bentuk ungkapan rasa frustasinya di kompetisi Liga champions. Bahkan dirinya yakin, dengan skuat yang ada, tim Meriam London mampu berbicara banyak meskipun sangat sulit. Hanya empat klub lah yang terus mendominasi laga puncak Liga champions.
“Jika anda tanyakan kesemua orang sebutkan empat klub tersebut, pasti 80 persen semua menjawab, Real Madrid, Barcelona, bayern Munich dan Chelsea. Tapi sepak bola adalah hal yang unik,” tambah Wenger.
Ikuti Whatsapp Channel Republika