Sabtu 04 Oct 2014 11:42 WIB

Jimly Asshiddiqie Sampaikan Pesan Kepemimpinan dalam Khutbah Idul Adha

Rep: c78/ Red: Hazliansyah
Warga menaiki anak tangga saat akan mengikuti shalat Jumat di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Jumat (3/10). Pelaksanaan shalat idul adha dimasjid ini akan digelar pada Sabtu (4/10), dengan khatib Jimly Asshidiqie.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Warga menaiki anak tangga saat akan mengikuti shalat Jumat di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Jumat (3/10). Pelaksanaan shalat idul adha dimasjid ini akan digelar pada Sabtu (4/10), dengan khatib Jimly Asshidiqie.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang juga Ketua Badan Pembina Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar, Jimly Asshiddiqie bertindak sebagai khatib dalam shalat Idul Adha di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Sabtu (4/10). 

Dalam khutbahnya, Jimly mengusung tema “Pemimpin yang Berkeadilan”. Di dalamnya, ia banyak menyinggung soal semangat berbagi dan solidaritas sosial yang dikaitkan dengan situasi pergantian kepemimpinan di Indonesia yang sudah di ambang pintu. 
Kepada jamaah, ia mengajak agar seluruhnya move on. “Yang menang jangan larut dalam perasaan kemenangan, yang kalah jangan terbenam dalam kecewa,” katanya. 
Karenanya, jelang pelaksanaan sumpah jabatan Presiden dan Wakil Presiden atas pemilu 2014 dalam sidang umum MPR pada 20 Oktober mendatang, masyarakat harus mensyukurinya. 
Umat Islam, lanjut dia, harus menjadi contoh tentang semangat memberi dan berbagi sebagaimana hikmah yang dapat kita petik di Idul Adha ini. Dalam proses itu, Jimly mengajak agar masyarakat Islam memberikan kewajiban kurban lebih dari seharusnya, dan mengambil hak tidak lebih dari yang semestinya. Sikap inilah yang mesti ditumbuhkan dan ditradisikan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa di mana moral dan etika menjadi yang utama.
“Sikap ini berlaku bagi siapapun, termasuk bagi siapa saja yang aktif berburu jabatan, kekayaan dan kepentingan politik,” kata dia. 
Masing-masing dari kita, lanjut dia, jangan sampai menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan sendiri. Seperti contoh Nabi Ibrahim yang mengutamakan perintah Allah ketimbang rasa sayangnya terhadap anaknya, Ismail. 
Jimly pun mengajak jamaah agar menikmati ruang kebebasan dalam demokrasi untuk membangun keadilan dan sekaligus mempererat solidaritas sosial sesama Muslim dalam semangat ukhuwah Islam. 
Sebab dengan begitu, ruang demokrasi yang bebas dan berintegritas akan terjaga. Dengan //ukhuwah Islamiyah// pula, masyarakat dapat memastikan pemimpin baru ke depannya akan membawa bangsa Indonesia ke dalam struktur kehidupan sosial yang berkeadilan berdasarkan pancasila dan UUD 1945. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement