Senin 06 Oct 2014 23:45 WIB

BMKG Berikan Peringatan Kekeringan di Jawa Tengah

Rep: c91/ Red: Bilal Ramadhan
 Pemandangan bendungan Katulampa yang kekeringan akibat musim kemarau, Bogor, Senin (6/10).  (foto : MgROL30)
Pemandangan bendungan Katulampa yang kekeringan akibat musim kemarau, Bogor, Senin (6/10). (foto : MgROL30)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini kekeringan kepada warga Jawa Tengah. Terdapat beberapa daerah yang berpotensi kekeringan, karena sudah tak hujan lebih dari 60 hari.

Beberapa darah itu meliputi Bungo (Demak), Karanganyar (Pati), Lasem (Rembang), Cokrotulung, Bawak, Ketandan, Karangnongko (Klaten), Bruno, Jogoboyo, Kalimeneng, Pangen, serta Kemiri (Purworejo). Kemudian Magelang, Ngadirejo, Selogiri, Baturetno (Wonogiri), Ngemplak (Boyolali), dan Mojo (Sragen).

Berdasarkan data Monitoring Tanpa Hujan Berturut-turut yang dikeluakan BMKG, selama September, kekeringan ekstrim memang banyak terjadi di wilayah Jawa. "BMKG memantau dengan alat penakar hujan, sehingga tampak daerah-daerah yang sering hujan atau pun jarang hujan," ujar Evi Lutfiati, Kepala Bidang Informasi Iklim, saat ditemui dikantornya, Senin (6/10).

Meski begitu, Evi menyatakan, daerah di Jawa Timur mengalami kekeringan lebih parah dibandingkan Jawa Tengah. Hampir semua wilayah di sana jarang hujan, sehingga telah mengalami kekeringan ekstrim. Ia menjelaskan, walau udara dan kelembapan di Pulau Jawa kering, namun suhu udara tetap normal.

Di musim kemarau, suhu 34 sampai 37 derajat adalah normal. Di beberapa daerah di luar Jawa seperti Riau dan Banjarmasin, suhu memang sempat mencapai 39 derajat, namun itu disebabkan adanya pembakaran lahan yang sering terjadi.

"Di Kalimantan dan Sumatera hujan masih sering datang dan tak mengalami kekeringan, panas yang ada disebabkan masyarakat membuka lahan dengan pembakaran," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement