Selasa 07 Oct 2014 17:48 WIB

Kisah Ibunda: Sang 'Putra' yang Terpesona Mayang Sari (II)

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Marcus dan Mayang
Foto: facebook
Marcus dan Mayang

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Duka mendalam di lubuk hati Nining Sukarni (45 tahun), setelah mendapat kabar dari teman main anaknya, Febri Andriansyah alias Mayang Prasetyo (27). Pada Ahad (5/10) malam, ibu kandung Mayang ini, merasa tak yakin dengan kematian anaknya yang tragis di Bresben, Australia, pada 2 Oktober 2014 lalu.

"Saya pertama dapat kabar dari temen Febri di kampung, saya seperti tidak percaya dengan kematiannya seperti itu," kata Nining Sukarni saat ditemui ROL, Selasa (7/10).

Baca Juga

Suasana duka menyelimuti keluarga Mayang di rumah kontrakan berukuran tipe 36 ini. Nining tak bisa menyimpan rasa haru dengan sang 'putra' pertama tersebut. Kematian Mayang yang mengenaskan setelah dibunuh lalu dimutilasi, dan dikabarkan direbus, membuat perih wajah ibu Mayang.

Kenangan bersama tiga anaknya saat bersekolah dari SD hingga SMA di kota Bandar Lampung, sirna sudah. "Mayang sekolah dari SD sampai di SMA Bina Mulya, setelah itu merantau ke Bali," ujar Nining sambil membuka foto-foto kenangan semasa Febri masih remaja.

Perisitiwa pembunuhan disertai mutilasi terhadap WNI yang disebut bernama Mayang Prasetyo , beredar luas di media massa dalam dan luar negeri. Mayang dibunuh dan dimutilasi oleh pacarnya sendiri Markus Veter Volke, seorang juru masak(chef) kapal pesiar.

Mayang sendiri juga berprofesi sebagai chef di kapal pesiar tersebut. Setelah menjalin asmara di kapal pesiar, mereka pindah ke apartemen di Brisbane, Australia.

Setelah tamat SMA, Febri merantau ke Bali tahun 2005. Pengalamannya di salon membuat dia mendapat pekerjaan di Bali. Sekitar tahun 2007, Febri melakukan operasi transgender dari laki-laki ke perempuan. Tidak jelas alasan perubahan gender tersebut, ibunya tidak mau menceritakan.

Semasa kecil dan sekolah, menurut penuturan ibunya, Mayang orangnya periang dan mudah bergaul. Tidak terlihat ada kelainan dalam dirinya.

Memang, sejak orang tuanya berpisah, membuat Mayang sebagai anak tertua, harus membantu ibunya menghidupkan keluarganya. "Bapaknya sudah tidak tahu lagi dimana sejak kami berpisah," kata Nining.

Kematian anak sulungnya, membuat Nining terpukul. Ia berharap pemerintah RI dan Australia dapat memulangkan jenazah anaknya ke kota kelahirannya, Bandar Lampung. "Saya harap jenazah anak saja ada di rumah ini dan dikubur di sini," ujarnya lirih.

Nama Mayang yang disemat Febri, karena terpesona dengan artis Mayang Sari. Sejak operasi ia berganti nama Mayang. Setelah hijrah ke Australia, ia menikah di luar negeri Agustus tahun lalu,

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Tatang Budie Utama Razak mengatakan, pihaknya tengah mengusahakan pemulangan jasad transgender tersebut.

Menurut dia, staf Kemenlu juga diperintahkan untuk ke Lampung, Selasa hari ini, untuk melakukan verifikasi dokumen kependudukan Mayang. Pasalnya, walau diketahui warga Lampung, Mayang memiliki paspor yang diterbitkan Kantor Keimigrasian Denpasar, Bali.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement