REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG --- Pada 2013 lalu angka kematian ibu (AKI) karena melahirkan atau saat persalinan di Sumatera Selatan (Sumsel) masih tinggi. Asisten IV Sekretaris Daerah Sumsel Joko Imam Santosa mengatakan, angka kematian ibu di Sumatera Selatan mencapai 146 kematian pada 2013.
Ia mengungkapkan, masih tingginya angka kematian ibu per 100 ribu jumlah kelahiran yang mencapai 146 kematian pada 2013 menyulitkan Provinsi Sumatera Selatan. Khususnya untuk menggapai target Millennium Development Goals atau MDGs yang menjadi tujuan pembangunan milenium pada 2015 mendatang.
Menurut Asisten IV sekretaris daerah bidang administrasi dan umum, kematian ibu karena melahirkan di Sumsel selalu yang berfluktuasi atau angkanya naik turun setiap tahunnya. “Dari akumulasi jumlah kejadian kematian ibu per jumlah persalinan di Sumsel pada 2007 sebanyak 277 kematian, 2008 turun sebanyak 118 kematian, pada 2009 ada 143 kematian, 2010 sebanyak 131 kematian, 2011 tercatat 133 kematian, pada 2013 ada 149 kematian dan tahun lalu ada 146 kematian ibu,” kata dia.
Dengan masih tingginya angka kematian ibu per jumlah persalinan tersebut lanjut Joko Imam Santoso, tidak memungkinkan Provinsi Sumatera Selatan mencapat target nasional sebanyak 102 kematian ibu per 100 ribu kelahiran.
Untuk mencapai target nasional tersebut, tutur dia perlu ada koordinasi dari semua instansi terkait dan seluruh stakeholder. Sehingga upaya mengurangi tingginya angka kematian ibu pada saat persalinan dapat ditekan, salah satunya dengan melalui penyuluhan.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Kesehatan terus berupaya menekan tingkat angka kematian ibu saat persalinan. Dari data di Dinas Kesehatan Sumsel tercatat penyebab kematian ibu yang paling besar saat melahirkan adalah pendarahan.
Lima tahun lalu saat berlangsung temu ilmiah nasional Himpunan obstetri Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI) di Palembang pada 2009 terungkap bahwa tingginya angka kematian ibu melahirkan tersebut karena masih banyak warga Sumatera Selatan yang belum mengetahui proses kehamilan sampai persalinan yang sehat. Ini karena masih banyak warga yang belum memanfaatkan tenaga medis, seperti bidan desa untuk membantu kelahiran anak.
Menurut data pada HOGSI Sumsel, sebagian besar kematian ibu melahirkan tersebut karena mengalami pendarahan, infeksi, dan kehamilan dengan hipertensi (darah tinggi) yang semuanya bisa mengakibatkan kematian. Untuk menekan angka kematian ibu maka kelahiran harus dilakukan dengan cara yang tepat sesuai dengan standar kesehatan.
HOGSI juga mencatat, tingginya jumlah penduduk miskin terutama di wilayah pedesaan juga menjadi pemicu kematian ibu melahirkan semakin tinggi akibat warga kesulitan keuangan untuk melahirkan di rumah sakit atau klinik. Warga pun menggunakan tenaga dukun beranak yang notabene tidak direkomendasikan membantu proses kelahiran anak tanpa diawasi langsung oleh bidan.