REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Subagio menilai ada penurunan kinerja pada lembaga itu sejak dipimpin oleh Abraham Samad. KPK dianggap semakin lambat dalam menanggani kasus korupsi.
"Memang lama. Saya juga tidak tahu faktornya apa kenapa bisa lama," kata Subagio kepada wartawan setelah selesai sesi wawancara tim pansel calon pimpinan KPK di Graha Pengayom Kementerian Hukum dan HAM, Kamis (8/10).
Menurut Capim KPK itu, penanganan kasus korupsi lebih cepat di era kepemimpinan Taufiequrachman Ruki dibanding Abraham Samad Cs. Subagio melanjutkan, ia berani mengatakan hal itu karena dirinya sudah lama bekerja di KPK sejak jaman pimpian Taufiequrahman Ruki.
"Memang prosesnya lebih cepat waktu jalannya Pak Taufieq daripada pimpinan sekarang," tegasnya.
Karena sudah sembilan tahun bekerja di KPK, Subagio sangat tahu apa-apa saja yang perlu diperbaiki. Masalah yang perlu segera diperbaiki menurut dia, terkait lemahnya fungsi pencegahan.
"Ada banyak permasalah di KPK yang perlu saya benahi, misalnya mengenai pencegahan dan penindakan yang belum berintegritas," ujarnya.
Selain itu pencegahan di KPK belum optimal, sehingga masih sering terjadi korupsi padahal kasusnya sudah ditangani KPK sebelumnya. "Dari tiga Gubernur Riau yang ditangkap KPK, dua di antaranyakan kasusnya sama mengenai alih fungsi hutan. Seharusnya hal itu tidak terjadi kalau pencerahannya jalan," ujarnya.
Menurut pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Anggaran KPK itu, yang perlu diperbaiki adalah mengenai sumber daya manusia (SDM) dan masalah struktur organisasinya. Ia mengatakan banyak pegawai KPK yang merangkap jabatan karena banyak departemen yang belum diisi.
"Ini kan tidak baik untuk sebuah organisasi di lembaga."
Ada empat departemen yang masih kosong dan harus segera diisi. Diantaranya Deputi Informasi dan Data, Deputi Pengaduan Internal dan Pengawasan Masyarakat, Direktur Penyidikan, Direktur Pengawas Internal dan Deputi Pencegahan juga akan berakhir.