Ahad 12 Oct 2014 18:57 WIB

Kementan Gagal Wujudkan Swasembada Kedelai dan Gula

Rep: C88/ Red: Winda Destiana Putri
Mentan Suswono (kiri) dan Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Benny Pasaribu.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Mentan Suswono (kiri) dan Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Benny Pasaribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama lima tahun menjabat sebagai Menteri Pertanian, Suswono mengaku gagal mewujudkan swasembada kedelai dan gula. Ia mengatakan peningkatan produksi kedelai dan gula dalam negeri terganjal masalah lahan dan ketidakpastian harga.

Ditemui di Jakarta belum lama ini, Suswono menuturkan pihaknya belum mampu menyediakan tambahan lahan sebesar 500 ribu hektar untuk menggenjot produksi kedelai. Tak hanya kedelai, target swasembada gula pun gagal diraih.

Suswono menambahkan, Kementrian Pertanian (Kementan) menargetkan ekstensifikasi lahan tebu seluas 350 ribu hektar. Akan tetapi pada kenyataannya target itu gagal direalisasikan.

Di awal kepemimpinannya, Kementan memproyeksikan swasembada lima komoditas pangan dalam jangka waktu lima tahun ke depan. Kelima komoditas tersebut meliputi beras, jagung, daging, gula, dan kedelai.

Menurut Suswono, sebenarnya sudah banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya pada dua komoditas itu. Oleh karenanya ia berharap di masa kepemimpinan yang akan datang Kementan bisa berswasembada gula dan kedelai. Apalagi, imbuhnya, Kementrian Perdagangan telah mematok harga pembelian kedelai oleh Bulog sebesar Rp7.600,00 per kilogram.

"Sekarang dengan adanya harga patokan petani diharapkan tertarik menanam kembali karena kita pernah sukses di angka 1,5 juta hektar," katanya usai memberikan penghargaan Anugerah Produk Pertanian Berdaya Saing 2014 di Jakarta.

Senada dengan Suswono, Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan Indonesia belum mampu mencapau swasembada gula dan kedelai. Menurutnya dari kebutuhan kedelai nasional sebesar satu juta ton per tahun, pemenuhannya baru mencapai 800 ribu ton per tahun.

Untuk gula, lanjutnya, terjadi penumpukan produksi dalam negeri terutama di Jawa Timur. "Maraknya infiltrasi gula rafinasi di pasaran mengakibatkan tersisihnya gula lokal," katanya kepada Republika, Ahad (12/10). Rusman mengatakan saat ini Kementan tengah mengupayakan aturan agar para importir gula rafinasi wajib pula untuk menyerap gula dari petani. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement